Men’s Mental Health Awareness Month: Mengapa Pria Jarang Terbuka soal Kesehatan Mental?

MALE INSPIRE.id – Bulan Juni adalah Bulan Kesadaran Kesehatan Mental Pria (Men’s Mental Health Awareness Month). Sayangnya, topik seputar kesehatan mental pria masih jarang mendapatkan perhatian.

Seperti dilansir laman The Columbus Dispatch, data dari Anxiety & Depression Association of America (ADAA) menunjukkan pria yang menderita gangguan mental cenderung kurang menerima perawatan atau diagnosis kesehatan mental.

Sebagian besar disebabkan oleh stigma yang menganggap pria yang berbicara tentang kesehatan mental adalah sosok lemah.

Baca juga: Cara Mendapatkan Kebahagiaan ala Introvert

Mengapa pria tidak terbuka mengenai kesehatan mental?

Pria cenderung kurang terbuka dalam membicarakan masalah kesehatan mental dan mencari bantuan dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan oleh norma sosial, keraguan, dan pelecehan dari orang lain.

Stigma tersebut memiliki dampak yang signifikan pada pria, menurut ADAA.

Pria sering menghadapi tekanan untuk bersikap jantan saat berbicara tentang masalah kesehatan mental, dan kerentanan mereka dipandang sebagai bentuk kelemahan atau tidak jantan.

Perjalanan seorang pria menuju kesadaran akan kesehatan mental juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya, peran mereka sebagai ayah, ras, dan tingkat sosial ekonomi, menurut laporan ADAA.

Sekitar satu dari sepuluh pria mengalami depresi atau kecemasan. Namun, kurang dari setengah yang menerima perawatan ideal.

Laporan ADAA juga mengungkap bahwa setiap tahunnya, jumlah pria yang melakukan bunuh diri empat kali lebih banyak dibandingkan wanita.

Baca juga: Dwayne Johnson Ungkap Perjuangannya Menghadapi Depresi

Masalah kesehatan mental utama yang mempengaruhi

Dilaporkan Mental Health America, terdapat enam juta pria di Amerika Serikat (AS) yang menderita depresi setiap tahunnya, dan sering kali tidak terdiagnosis.

Depresi adalah salah satu penyakit mental yang paling umum di AS, menurut laporan USA Today.

Studi menunjukkan bahwa kadar testosteron yang rendah –terutama pada pria berusia lanjut– berkaitan dengan depresi, stres, dan perubahan suasana hati.

Banyak pria dengan depresi mengabaikan tanda-tanda seperti kelelahan, perasaan gelisah, serta kehilangan minat dalam pekerjaan atau hobi.

Lebih dari 19 juta orang di AS berjuang dengan kecemasan, dan lebih dari tiga juta pria mengalami serangan panik, agorafobia (ketakutan berada di tempat umum), dan fobia lainnya, menurut laporan Mental Health America.

Adapun gangguan bipolar pada pria biasanya muncul antara usia 16-25 tahun. Lebih dari 2 juta orang di AS menderita gangguan ini, termasuk pria.

Selain itu, 90 persen individu di AS yang didiagnosis dengan skizofrenia pada usia 30 tahun adalah pria. Skizofrenia merupakan salah satu penyebab utama disabilitas.

Sebanyak 10 persen dari penderita anoreksia atau bulimia (gangguan mental yang mempengaruhi pola atau cara makan) adalah pria, dan 35 persen pria mengalami gangguan makan berlebihan.

Sayangnya, pria cenderung lebih jarang mencari bantuan profesional dibandingkan wanita.

Baca juga: Banyak Pria jadi Hikikomori, apa Penyebabnya?

Tanda pria menghadapi masalah kesehatan mental

Baik pria maupun wanita mengalami masalah kesehatan mental yang sama. Namun, pria sering kali menutupinya dengan cara-cara yang tidak sehat.

Berikut beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan pria sedang berjuang menghadapi masalah kesehatan mental, menurut ADAA:

  • Menghindari masalah dengan menghabiskan banyak waktu di tempat kerja atau olahraga
  • Sakit kepala, masalah pencernaan, atau nyeri tubuh
  • Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
  • Perilaku mengendalikan, kekerasan, atau perilaku yang merugikan orang lain
  • Marah, mudah tersinggung, atau agresif
  • Tidak berhati-hati dalam mengemudikan kendaraan
  • Perubahan suasana hati, tingkat energi, atau nafsu makan yang jelas
  • Kesulitan berkonsentrasi, gelisah, atau cemas berlebihan

Jika seseorang yang Anda kenal, atau bahkan Anda mengalami gangguan kesehatan mental, segeralah berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental demi memperoleh bantuan dan perawatan yang tepat.

Be the first to comment

Leave a Reply