
MALE INSPIRE.id – Seseorang dengan gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) kerap digambarkan memiliki karakter perfeksionis dalam segala aspek.
Padahal, OCD tidak ada kaitannya dengan kebiasaan membersihkan individu. Juga, bukan berarti individu tersebut tidak fleksibel ketika menghadapi sesuatu.
OCD lebih terkait dengan kemampuan seseorang untuk menangani pikiran yang kurang menyenangkan, menurut Irina Gorelik, psikolog anak di Williamsburg Therapy Group.
Baca juga: Kasus Serangan Jantung Meningkat pada Kaum Muda, Apa Sebabnya?
“Jika kita memiliki pemikiran yang mengganggu, kita berpotensi untuk mengatasi itu,” katanya, seperti dilansir laman CNBC.
“Tetapi bagi seseorang dengan OCD, pemikiran yang mengganggu menyebabkan respons yang sangat buruk sehingga mereka ingin melakukan sesuatu untuk membuat pikiran negatif itu hilang.”
Obsesi dan kompulsi
Gorelik mengatakan, OCD terbagi menjadi dua, yaitu:
- Obsesi: pikiran, desakan, atau bayangan mengganggu yang menyebabkan penderitaan
- Kompulsi: perilaku untuk mengurangi tingkat penderitaan yang disebabkan oleh obsesi
Lebih lanjut, OCD juga dapat terjadi pada anak-anak. Namun hal ini biasanya mudah didiagnosis.
Baca juga: Mendengarkan Musik Sedih Bikin Bahagia, Mitos atau Fakta?
Tanda anak menderita OCD
Inilah dua tanda anak kemungkinan menderita OCD, seperti dijelaskan Gorelik.
1. Memerlukan kepastian tentang keselamatan mereka dan orangtua
Anak mungkin berulang kali bertanya kepada orangtua apakah mereka baik-baik saja atau tidak, meskipun mereka tidak menghadapi bahaya.
Hal serupa juga berlaku untuk orang yang mereka cintai, yaitu orangtua.
“Saya mempunyai pasien yang khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada keluarga mereka, jadi perilakunya adalah memastikan pada keluarga mereka berulang kali,” tututr Gorelik.
“Mereka mungkin mengatakan ‘saya mencintaimu’ tetapi bukan dengan cara yang normal, melainkan melalui cara mereka.”
Sebagai orangtua, khususnya para ayah, perlu memperhatikan gejala-gejala seperti ini pada anak:
- Takut kuman dan cuci tangan berlebihan
- Khawatir terkena sakit secara terus-menerus
- Keterikatan yang berlebihan (anak tidak ingin jauh dari orangtua karena mereka membayangkan sesuatu bisa terjadi pada kita atau mereka jika berpisah)
Baca juga: Men’s Mental Health Awareness Month: Mengapa Pria Jarang Terbuka soal Kesehatan Mental?
2. Mencari keyakinan bahwa mereka tidak menyakiti orang lain
Selain mengkhawatirkan diri sendiri atau keluarga, anak dengan OCD kemungkinan juga takut jika mereka sudah menyakiti orang lain.
Beberapa gejala spesifik termasuk:
- Mengutarakan pikiran buruk, seperti kata-kata kasar atau cerita tentang menyakiti seseorang
- Bertanya “apakah kamu masih mencintai saya?” berkali-kali
Cara menghadapi anak dengan OCD
Sebagai ayah, perhatikan cara ketika menghibur anak yang mengidap OCD.
Terkadang kita menganggap segala sesuatu baik-baik saja dan berusaha meyakinkan anak dengan kalimat seperti “kamu tidak terluka. Tidak ada yang menyakitimu”.
Sayangnya menurut Gorelik, kalimat seperti itu justru dapat memberikan kecemasan pada anak.
Jauh lebih baik jika kita mengatakan kepada anak, kekhawatiran yang mereka rasakan itu wajar. Bantu anak belajar menghadapi dan menoleransi kekhawatiran itu.
Anak yang memikirkan orangtua mungkin dalam bahaya bisa menimbulkan kecemasan, tetapi bukan berarti mereka harus menghubungi orangtua setiap saat. Biarkan perasaan itu berlalu.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.