Asal-usul Praktik Berciuman, Peneliti Temukan Fakta Mengejutkan

MALE INSPIRE.id – Barangkali Anda penasaran, kapan dan dari mana praktik berciuman muncul di antara manusia.

Namun ternyata, praktik dengan cara saling menempelkan bibir ini bukan bersifat universal. Itu menunjukkan bahwa budaya, bukan naluri, mungkin berperan dalam terbentuknya praktik berciuman.

Ciuman tak hanya terjadi pada manusia. Primata lain seperti bonobo dan simpanse, juga berciuman.

Baca juga: Kata Ahli Soal FWB, Coba Renungkan Lagi

Menurut Adriano Lameira, primatolog dan psikolog evolusi dari University of Warwick di Inggris, ciuman muncul dari praktik yang bisa dibilang menjijikkan.

Berciuman, kata Lameira, merupakan bagian dari sesi perawatan rutin yang dilakukan oleh primata.

Saat primata menemukan serpihan kulit mati atau parasit, mereka akan bergerak maju dan bibirnya akan menempel pada kulit pasangannya, dengan penuh kasih sayang menyeruput kotoran tersebut.

Seiring berjalannya waktu, perawatan mulut semacam ini mulai ditinggalkan, tapi rasa senang menempelkan bibir antar-primata terus bertahan.

“Relevansi higienis dari perawatan menurun seiring evolusi manusia akibat kerontokan bulu,” tulis Lameira dalam jurnal yang dimuat di Evolutionary Anthropology.

Baca juga: 3 Tanda Cemburu yang Tidak Sehat, Waspadai

“Namun berciuman pada akhirnya tetap dipertahankan. Ini menjadi satu-satunya jejak perilaku ritual untuk memberi sinyal dan memperkuat ikatan sosial dan kekerabatan pada kera leluhur.”

Adapun, asal usul ciuman di antara manusia secara evolusi telah dikemukakan di masa lalu.

Salah satu penjelasan paling populer menyebut bahwa ciuman dikaitkan dengan cara orangtua memberi makan kepada bayi.

Namun, ciuman memberi makan dan bercinta berbeda. Memberi makan yang sudah dikunyah kepada bayi membutuhkan tenaga dari luar untuk mengeluarkan makanan ke dalam mulut bayi.

Sementara, ciuman romantis yang mengarah pada rutinitas bercinta melibatkan gerakan bibir yang menonjol dengan sedikit daya isap, sehingga teori ciuman berasal dari memberi makan bayi kurang meyakinkan.

Hipotesis lain menyebutkan bahwa ciuman muncul dari cara manusia mengendus orang lain sebagai sarana inspeksi sosial. Namun, mengapa mulut justru dilibatkan di dalam aktivitas itu?

Menurut Lameira, praktik ini mungkin berkembang sebagai bentuk jaminan. Manusia dan primata adalah makhluk sosial, dan terlibat dalam berbagai ritual untuk mempererat ikatan sosial. Bagi primata, bentuk ikatan sosial paling umum adalah perawatan diri.

Baca juga: Bisakah Dua Penderita OCD Menjalin Hubungan Asmara?

“Perawatan terdiri dari menyisir bulu atau rambut pihak lain untuk membuang parasit, kulit mati, dan kotoran,” jelas Lameira, dikutip laman ScienceAlert.

“Perawatan membantu membangun dan memelihara aliansi, hierarki, dan kohesi kelompok melalui sentuhan sosial, melepaskan endorfin yang mengurangi stres dan meningkatkan perasaan senang antara perawat dan yang dirawat, sehingga memperkuat ikatan sosial.”

Dibandingkan primata lain, manusia menghabiskan 89 persen lebih sedikit waktu untuk saling merawat diri. Ini karena manusia tidak memiliki bulu lebat seperti kera atau monyet.

Kita juga memiliki cara lain untuk mandi dan membersihkan diri yang tidak perlu melibatkan orang lain.

Namun, karena kita kehilangan bulu dan menghabiskan sedikit waktu untuk saling merawat, kita mungkin masih memiliki sisa ritual nenek moyang, yakni berciuman. Ciuman antara mulut kemudian berkembang secara alamiah.

“Demi wawasan masa depan mengenai evolusi ciuman manusia, dan perilaku lain yang ditunjukkan spesies kita, penting mengingat dan merenungkan pengaruh konteks sosioekologis, kognitif, dan komunikatif yang lebih luas dari nenek moyang manusia,” sambung Lameira.