MALE INSPIRE.id – Pemerintah Indonesia telah menyetujui perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur melalui pengesahan Undang-undang IKN pada 18 Januari 2022.
Sejak saat itu, pembangunan IKN terus dipacu di bawah kepemimpinan Otorita IKN (OIKN), dengan mendirikan fasilitas dan infrastruktur yang dibutuhkan.
Namun, sebelum adanya wacana perpindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke IKN, sejumlah negara di dunia sudah memindahkan ibu kotanya ke wilayah lain karena berbagai alasan.
Baca juga: 5 Makanan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024
Seperti apa kondisi beberapa ibu kota negara yang pernah pindah ini? Baca terus penjelasannya di bawah.
1. Naypyidaw (Myanmar)
Ibu kota Myanmar dipindah dari Yangoon ke Naypyidaw pada 2001. Lokasi yang baru terpilih dengan alasan keadilan, keamanan, dan berkat nasihat spiritual.
Pembangunan ibu kota baru dimulai pada 2005 sejauh 320 kilometer dari Yangoon. Diperkirakan, biaya pembangunan mencapai 4 miliar dollar AS.
Myanmar membangun istana dan gedung parlemen yang megah, kantor-kantor kementerian, dan rusun tempat tinggal pegawai di Naypyidaw.
Terlepas dari fasilitas dan bangunan yang mewah, situasi Naypyidaw cenderung sepi, terutama pada Jumat sore. Sebagian besar pegawai pemerintah dan pejabat pulang ke Yangoon dengan bus karena keluarga mereka tetap berada di sana.
Akibatnya, Naypyidaw seakan menjadi kota luas dengan jalanan lebar yang kosong. Beberapa hotel kelas atas yang dibuka pada 2011 untuk mengakomodasi tamu pemerintah dan pebisnis juga jarang tampak sepi.
Tak jarang, kota ini kerap dijuluki ghost town alias kota hantu.
2. Brasilia (Brasil)
Brasil memindahkan ibu kota dari Rio de Janeiro ke Brasilia dengan alasan menghindari kemacetan dan mencari lokasi lebih strategis. Pembangunan dimulai pada 1960, dan target Presiden Juscelino Kubitschek pembangunan selesai dalam lima tahun.
Saat itu, pembangunan ibu kota baru memakan biaya 1,5 miliar dollar AS, membebani perekonomian negara sampai memicu krisis.
Hal ini diakibatkan bank terlalu banyak mencetak uang untuk proyek tersebut. Inflasi bahkan naik sampai 200 persen setahun. Anggaran negara juga diperkirakan defisit untuk membangun ibu kota.
Pada 1975, harga makanan dan barang-barang naik setiap hari. Dampak ekonomi itu bahkan terasa sampai 10 tahun setelahnya.
Baca juga: 10 Bandara Paling Bersih di Dunia, Dikuasai Asia
3. New Cairo City (Mesir)
Pembangunan ibu kota baru di Mesir saat ini sedang berlangsung. Kota yang dinamai New Cairo City itu berada di sebelah tenggara Kairo dengan jarak 50 kilometer.
Dikutip laman Reuters, kota ini sebenarnya direncanakan dibuka pada pertengahan 2020. Sayangnya, pembangunan yang menelan biaya 58 miliar dollar AS atau Rp 900 triliun itu belum selesai meski telah memakan 10 tahun.
Hal itu dipersulit dengan kondisi ekonomi negara yang buruk dan sulitnya Mesir mengumpulkan dana.
Kota ini diperkirakan memiliki luas sekitar 700 kilometer persegi. Istana kepresidenan, gedung parlemen baru, taman hiburan besar, perumahan bagi 6,5 juta orang, dan gedung pencakar langit tertinggi di Afrika juga akan dibangun di sana.
4. Islamabad (Pakistan)
Kota pelabuhan Karachi yang berada di selatan Pakistan menjadi ibu kota negara tersebut pada 1947 setelah merdeka dari Inggris, dilansir laman Nikkei Asia.
Namun pada 1950-an, kelompok Jenderal Mohammad Ayub Khan melakukan kudeta terhadap pemerintah dan memilih Islamabad bagian utara sebagai ibu kota baru.
Lokasi itu dipilih karena dekat dengan wilayah Kashmir yang disengketakan dan kebal terhadap serangan pesisir.
Seluruh pemerintah federal pindah ke Islamabad, kecuali bank sentral yang masih berada di Karachi.
Ibu kota lama menjadi pusat bisnis utama negara tersebut. Bursa Efek Karachi juga tetap menjadi bursa utama yang mengalahkan bursa lain di Islamabad.
Sayangnya, penduduk Islamabad tumbuh semakin banyak menjadi sekitar satu juta jiwa dari awalnya yang tidak sampai 100.000 jiwa. Akibatnya, sering ada keluhan mengenai tingginya harga sewa dan tanah, serta kurangnya angkutan umum.
Baca juga: 5 Aktivitas Menarik saat Liburan di Arab Saudi
5. Canberra (Australia)
Canberra didirikan pada 1913 untuk meredakan persaingan ketat antara kota terbesar Australia, Melbourne dan Sydney. Canberra berada di pedalaman sehingga mencegah potensi pengeboman angkatan laut.
Canberra kini menjadi lokasi Gedung Parlemen dan Pengadilan Tinggi Australia, serta kantor pusat semua departemen pemerintah federal dan militer.
Meski dibangun sejak 1913, parlemen Australia pindah ke Canberra pada 1927 setelah sering ditunda. Sayangnya, ibu kota ini kurang dikenal di luar negeri dan kurang dicintai warga Australia.
Kondisi terburuk tampak saat Mantan Perdana Menteri John Howard pada 1996 mengumumkan akan tinggal di Sydney daripada Canberra.
Ibu kota Australia itu bahkan juga cenderung diasingkan oleh mayoritas warga Australia. Mantan Perdana Menteri Paul Keating bahkan menyebut kota ini sebagai salah satu kesalahan terbesar negaranya.
6. New Delhi (India)
Penjajah Inggris memindahkan ibu kota India pada 1911 dari Kalkuta ke Delhi. Butuh 20 tahun untuk membangun gedung-gedung pemerintah dan jalan raya megah di sana. Nama kota berubah menjadi New Delhi pada 1927 dan diresmikan empat tahun kemudian.
Ibu kota India dipindahkan untuk memudahkan Inggris memerintah wilayah yang dikuasai. Pemerintahan kolonial juga menghindari perlawanan besar di Kalkuta, pusat sastra tempat gerakan nasionalis berkembang setiap hari.
New Delhi terus menjadi pusat pemerintahan India dengan parlemen, pengadilan tinggi, dan berbagai kementerian. Jumlah penduduk di sana sekarang hampir mencapai 20 juta jiwa.
Warga dari seluruh penjuru negeri bermigrasi ke kota untuk mencari kehidupan lebih baik. Namun, urbanisasi yang pesat membuat kota ini mendapat predikat sebagai salah satu kota paling tercemar di dunia.
7. Astana (Kazakhstan)
Pada 1997, ibu kota Kazakhstan diputuskan pindah dari Almaty ke wilayah bernama Aqmola yang berarti “kuburan putih”. Nama ibu kota baru diubah menjadi Astana.
Dikutip laman BBC, pemerintah lalu mendatangkan arsitek seluruh dunia untuk pembangunan. Astana memiliki banyak landmark futuristik, termasuk gedung Khan Shatyr berbentuk tenda yang berisi hotel, pusat perbelanjaan, dan kompleks hiburan.
Kota Aqmola yang biasa saja berubah menjadi Astana yang modern, pusat ekonomi negara, dan mayoritas tempat tinggal penduduk.
Pembangunan Astana berhasil karena saat itu perekonomian Kazakhstan meningkat akibat sektor minyak mengalami keuntungan.
Semua badan pemerintah pusat, kecuali bank sentral, kini pindah ke Astana. Namun, kota ini akan kembali berganti nama menjadi Nur-Sultan setelah Presiden Nazarbayev yang mengusulkan pembangunannya mengundurkan diri pada Maret 2019.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.