MALE INSPIRE.id – Ada sederet hewan purba yang masih bertahan hidup hingga saat ini, setelah melewati peristiwa kepunahan massal.
Tidak hanya sekali, beberapa hewan purba ini bahkan mampu melalui lima kali kepunahan massal di Bumi dalam 500 juta tahun terakhir.
Seperti dilaporkan Forbes, kepunahan massal pertama kali terjadi sekitar 443 juta tahun lalu yang disebut era Ordovisium.
Baca juga: Ingin Memelihara Tarantula? Jawab Dulu 5 Pertanyaan ini
Kepunahan itu disebabkan oleh penyusutan permukaan air laut dan suhu yang mendingin, sehingga mengakibatkan 85 persen spesies laut punah.
Kepunahan kedua disebut Devon Akhir, yang terjadi sekitar 359-375 juta tahun lalu akibat aktivitas gunung berapi, pendinginan global, dan proses berkembang biak tanaman.
Selanjutnya adalah periode kepunahan Permian pada 252 juta tahun lalu karena letusan gunung berapi yang memicu pemanasan global dan pengasaman laut.
Keempat adalah era Trias sekitar 201 juta tahun lalu, yang mengakibatkan hilangnya 50 persen spesies laut dan vertebrata darat.
Terakhir, kepunahan pada akhir Zaman Kapur sekitar 66 juta tahun lalu. Ini merupakan era punahnya dinosaurus akibat hantaman asteroid raksasa di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Hewan purba yang mampu bertahan hidup dari kepunahan massal
Menariknya, beberapa hewan yang berasal dari masa purba bisa menemukan cara bertahan dari kepunahan massal dan hidup hingga saat ini. Baca terus kelanjutannya di bawah.
1. Kepiting tapal kuda
Kepiting tapal kuda atau horseshoe crab adalah jenis kepiting purba yang berasal dari keluarga Limulidae. Berdasarkan fosil yang ditemukan, kepiting tapal kuda telah ada di Bumi lebih dari 400 juta tahun lalu.
Cangkang yang keras melidungi hewan ini dari predator. Anatominya yang sederhana juga membuat kepiting prasejarah itu mampu beradaptasi di berbagai kondisi dan perubahan lingkungan.
Sebagai contoh, kepiting tapal kuda dapat hidup di perairan laut yang dangkal maupun dasar laut paling dalam. Hewan itu juga tahan tinggal di laut bersuhu panas atau dingin.
Menurut studi yang dimuat dalam Proceedings of The National Academy of Sciences, kemampuan beradaptasi itu kemungkinan menjadi alasan kepiting tapal kuda bisa bertahan dari kepunahan massal.
Selain itu, kepiting tapal kuda memiliki kemampuan berkembang biak dalam jumlah banyak. Menurut US Fish and Wildlife Service, kepiting tapal kuda betina bisa bertelur berulang kali dalam beberapa malam hingga 100.000 butir.
Hewan ini juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang unik. Darah biru mereka mengandung zat pembekuan Limulus Amebocyte Lysate (LAL), yang berperan penting mendeteksi endotoksin bakteri.
Sayangnya, kepiting tapal kuda hampir punah dan masuk ke dalam daftar hewan dilindungi sejak 1999. Hal ini lantaran darah birunya yang unik banyak menjadi incaran dunia medis.
Baca juga: Hasil Studi Temukan Jenis Anjing yang bisa Berumur Panjang
2. Nautilus
Nautilus adalah moluska atau hewan laut bertubuh lunak. Hewan ini pertama kali muncul sekitar 500 juta tahun lalu dan merupakan kerabat jauh cumi-cumi dan sotong.
Makhluk ini umumnya hidup di perairan tropis Samudra Pasifik dan Hindia, dekat pantai Jepang, Fiji, Kaledonia Baru, dan Australia.
Dilansir laman National Geographic, nautilus bisa berenang hingga kedalaman 700 meter untuk menghindari predator di siang hari. Malamnya mereka bermigrasi ke perairan yang lebih dangkal untuk mencari makan dan bertelur.
Menurut ahli, nautilus relatif lebih beradaptasi dengan baik di laut dalam dibandingkan permukaan. Kemampuan itu yang disinyalir membantu mereka menghindari kepunahan massal yang membinasakan spesies permukaan dan air dangkal.
Untuk bertahan hidup, nautilus memakan ikan kecil, krustasea, dan bangkai. Pola makan yang fleksibel ini juga disebut menjaga kelangsungan hidup mereka ketika sumber daya laut langka kala itu.
3. Coelacanth
Coelacanth adalah keturunan ikan bersirip lobus purba yang sudah ada sejak lebih dari 400 juta tahun lalu.
Namanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelia (berongga) dan acanthos (duri), yang artinya ikan dengan duri berongga. Ikan purba ini dapat mencapai panjang lebih dari 1,8 meter dengan berat sekitar 90 kilogram.
Coelacanth hidup di perairan dalam dan masih bisa ditemukan di laut Indonesia, seperti di perairan utara Sulawesi, Teluk Cenderawasih, Biak, dan Raja Ampat.
Para ahli berpendapat, habitat coelacanth di laut dalam diduga melindungi mereka dari peristiwa kepunahan massal.
Meski begitu, saat ini jumlah ikan tersebut tercatat semakin menurun. Akibatnya, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memasukkan coelacanth ke dalam kategori rentan mengalami kepunahan.
Baca juga: Kenapa Serigala Sulit Dijadikan Hewan Peliharaan?
4. Hiu
Ikan hiu adalah salah satu hewan purba yang selamat dari kepunahan massal dan masih banyak ditemukan hingga kini.
Hiu telah ada lebih dari 400 juta tahun. Menurut studi yang dikutip Science ABC, para ahli menemukan fakta bahwa habitat hiu di perairan dalam dengan ukuran kecil saat itu membantu mereka bertahan hidup.
Hiu juga bukan ikan predator biasa, hewan ini memiliki trik untuk melewati kepunahan massal.
Mereka mampu mengeksplorasi berbagai bagian dari lautan dalam yang gelap maupun dangkal, bahkan lautan dengan sistem sungai sekali pun.
Hiu memakan berbagai hewan laut, mulai plankton, ikan, kepiting, anjing laut, dan paus. Fleksibilitas pola makan itu memungkinkan mereka beradaptasi dengan perubahan sumber makanan dan lingkungan.