
MALEINSPIRE.id – DeepSeek, produk AI large language model (LLM) dari startup China, telah dirilis pada Desember 2024 dan dengan cepat menjadi aplikasi AI gratis paling banyak diunduh di AS.
Pengembangan AI DeepSeek yang disebut memakan biaya lebih rendah membuat perusahaan AS dan Eropa ketakutan. DeepSeek disebut berpotensi membuat industri AI jungkir balik.
Sejumlah perusahaan AS yang terlibat dalam pengembangan AI mengalami penurunan harga saham dalam perdagangan pada Senin (27/1/2025) akibat klaim DeepSeek yang menyebut bisa memiliki otak pintar dengan biaya lebih rendah.
Nvidia kehilangan lebih dari seperenam nilai sahamnya. Microsoft dan Google juga mengalamai penurunan harga saham di tengah kenaikan popularitas DeepSeek.
DeepSeek mengatakan bahwa sementara ini mereka membatasi pendaftaran pengguna baru lantaran ada “serangan siber berskala besar” ke platform mereka.
Pengguna yang sebelumnya sudah mendaftar tetap bisa masuk dan menggunakan DeepSeek.
Penyebab DeepSeek mencuri perhatian
AI LLM DeepSeek dilaporkan dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan para pesaingnya, seperti ChatGPT (OpenAI), Gemini (Google), Copilot (Microsoft), hingga Meta AI (Meta).
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan dominasi AI LLM asal AS, yang dikenal memakan modal investasi besar, membutuhkan data yang juga besar untuk melatih AI, dan memakan sumber daya energi dalam prosesnya.
Dalam makalah yang dimuat pada pertengahan Januari 2025, para peneliti DeepSeek menulis bahwa model DeepSeek V3 yang dibangun secara open source dan diluncurkan pada 10 Januari 2025, memanfaatkan chip AI Nvidia H800.
Nvidia H800 termasuk chip berkapasitas rendah untuk melatih AI.
Menurut para peneliti, model AI DeepSeek V3 itu sudah dilatih dengan biaya sekitar 6 juta dolar AS atau sekitar Rp 97 miliar selama dua bulan.
Angka tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan miliaran dolar AS yang dikeluarkan oleh para pesaingnya untuk melatih AI.
Lebih lanjut, peneliti juga mengatakan DeepSeek menggunakan teknologi yang sudah ada, serta kode sumber terbuka, perangkat lunak yang dapat digunakan, dimodifikasi atau didistribusikan oleh siapa saja tanpa dipungut biaya.
Namun klaim tersebut diragukan oleh pihak peneliti AI yang lain.
Ada pihak yang percaya bahwa High-Flyer, induk usaha DeepSeek, mampu membeli chip AI Nvidia H100 yang lebih canggih meskipun ada pembatasan ekspor AS.
Sementara itu, DeepSeek R1 yang dirilis minggu lalu, disebut 20-50 kali lebih murah untuk digunakan daripada model o1 milik OpenAI, tergantung pada tugasnya, menurut unggahan di akun WeChat resmi DeepSeek.
Kemunculan DeepSeek terjadi di tengah upaya AS membatasi penjualan chip canggih yang mendukung AI ke China.
AS khawatir, startup China bakal tumbuh lebih hebat dibandingkan perusahaan asal AS dalam hal pengembangan AI global.
Untuk melatih sebuah LLM AI, diperlukan data center yang siap meladeni training AI.
Startup di China harus memutar otak dalam mengembangkan LLM AI mereka di tengah kelangkaan chip AI di Negeri Tirai Bambu.
Chip AI itu umumnya didapatkan dari Nvidia, perusahaan yang sering disebut The King of AI, karena mereka memiliki chip dengan kekuatan komputasi super besar.
Untuk melanjutkan pekerjaan tanpa pasokan chip canggih impor yang stabil, para pendiri startup AI China membagi tugas dan bereksperimen dengan pendekatan baru terhadap teknologi.
Hal ini termasuk kerja keras pendiri startup AI China untuk menghasilkan model AI yang membutuhkan daya komputasi jauh lebih sedikit daripada sebelumnya.
Dengan biaya yang dikeluarkan jauh lebih rendah, industri AI dunia pun terancam.
Tak sedikit pula pendiri startup AI China yang akhirnya memilih membangun dan melatih AI mereka di luar China demi mendapatkan akses pada chip AI yang mumpuni.
“DeepSeek R1 adalah salah satu terobosan paling menakjubkan dan mengesankan yang pernah saya lihat. Dan sebagai platform open source, ini adalah anugerah yang sangat berarti bagi dunia,” sebut Marc Andreessen, investor dari Silicon Valley di akun X pribadinya.
Analis pasar senior di City Index, Fiona Cincotta turut angkat bicara terkait fenomena DeepSeek.
“Ide AI versi Cina berbiaya rendah ini belum tentu menjadi yang terdepan, sehingga sedikit mengejutkan pasar,” kata Cincotta, seperti diberitakan BBC.
“Kehadiran model AI berbiaya rendah ini akan menimbulkan kekhawatiran atas keuntungan para pesaing, terutama mengingat jumlah yang telah mereka investasikan dalam infrastruktur AI yang lebih mahal.”
Penasihat ekuitas teknologi yang berbasis di Singapura, Vey-Sern Ling, mengatakan kepada BBC bahwa keberadaan DeepSeek “berpotensi menggagalkan investasi untuk seluruh rantai pasokan AI”.
Raksasa perbankan Wall Street, Citi mengingatkan, meski DeepSeek dapat menantang posisi dominan perusahaan AS seperti OpenAI, masalah yang dihadapi perusahaan China terkait terbatasnya chip AI impor dapat menghambat perkembangan mereka.
“Kami memperkirakan bahwa dalam lingkungan yang semakin ketat, akses AS ke chip yang lebih canggih merupakan suatu keuntungan,” kata para analis dalam sebuah laporan.