
MALEINSPIRE.id – Misteri terkait adanya tanda kehidupan di luar tata surya kita selalu menjadi pembahasan yang menarik karena memiliki metode pembuktian yang sulit dan terbatas.
Selain itu, tidak semua planet dapat ditinggali makhluk hidup karena terdapat beberapa syarat sebuah planet layak dihuni.
Syarat pertama sebuah planet dikatakan layak huni adalah memiliki kriteria berupa jarak yang nyaman dari bintangnya (goldilock zone atau habitable zone), seperti Bumi ke Matahari yang berjarak sekitar 149 juta km.
Dilansir berbagai sumber, planet yang berada di habitable zone cenderung mampu mempertahankan air agar tetap dalam bentuk cair, tidak menguap menjadi gas (seperti planet yang jaraknya terlalu dekat dari bintangnya) atau membeku (terlalu jauh dari bintangnya).
Habitable zone atau zona layak huni setiap planet ditentukan berdasarkan karakteristik atau tipe bintang, dan ukuran dari bintang yang menjadi “induk” planet tersebut.
Semakin besar ukuran bintang, dan semakin tinggi suhu permukaan dan luminositas-nya, maka semakin jauh pula zona layak huni sebuah planet.
Sebaliknya, jika ukuran bintang tidak terlalu besar, suhu dan luminositas-nya juga rendah (seperti Proxima Centauri), maka jarak zona layak huni planet menjadi lebih dekat.
Syarat lain planet layak huni yaitu inti planet yang cair, serta adanya air cair dan senyawa lain yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Nah, baru-baru ini, ilmuwan menemukan bukti terkait kemungkinan adanya kehidupan di luar tata surya, tepatnya di planet K2-18b.
Para astronom menggunakan teleskop Luar Angkasa James Webb dalam pengamatan ini.
Ditemukan bahwa terdapat senyawa kimia yang biasanya dihasilkan oleh makhluk hidup di bumi, yaitu dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS).
Penemuan senyawa tanda kehidupan di planet K2-18 b
Dilansir laman Reuters, penemuan ini dipimpin oleh Profesor Nikku Madhusudhan dari Cambridge University.
Melalui penelitian tersebut, senyawa DMS dan DMDS ditemukan di planet bernama K2-18 b yang terletak sekitar 124 tahun cahaya dari Bumi.
Senyawa DMS dan DMDS biasanya dihasilkan oleh mikroba seperti fitoplankton.
“Ini momen transformasional dalam pencarian kehidupan di luar tata surya. Kami menunjukkan bahwa mendeteksi tanda-tanda biologis di planet yang berpotensi layak huni dengan fasilitas saat ini adalah mungkin,” ujar dia.
“Kita telah memasuki era astrobiologi observasional.”
Planet K2-18b terletak di konstelasi Leo dan memiliki massa sekitar 8,6 kali lebih besar dari Bumi, dan memenuhi kriteria layak huni karena mengorbit di habitable zone.
Astronom menggunakan metode transit dalam memastikan komposisi kimia di planet itu.
Metode ini dilakukan dengan menganalisis cahaya dari bintang induknya saat planet tersebut melintas di depannya dari perspektif Bumi.
Saat planet itu transit, teleskop dapat mendeteksi penurunan kecerahan bintang, dan sebagian kecil cahaya bintang melewati atmosfer planet tersebut sebelum terdeteksi oleh teleskop.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan menentukan gas-gas penyusun atmosfer planet
Pengamatan baru ini berhasil menemukan bukti DMS dan DMDS tadi.
Perlu pembuktian lebih lanjut
Madhusudhan mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap kesimpulan penemuan ini.
Dia mengatakan bahwa mungkin ada proses tidak diketahui yang dapat menghasilkan molekul DMD dan DMDS.
“Pertama-tama kita perlu mengulang pengamatan dua hingga tiga kali untuk memastikan sinyal yang kita lihat kuat dan meningkatkan signifikansi deteksi,” kata Madhusudhan.
“Kedua, kita memerlukan lebih banyak studi teoritis dan eksperimental untuk memastikan apakah ada mekanisme abiotik lain (yang tidak melibatkan proses biologis) untuk membuat DMS atau DMDS di atmosfer planet seperti K2-18b.”
Seperti diberitakan The Guardian, ahli lain juga mengingatkan untuk berhati-hati dengan hasil penemuan ini.
Dr Nora Hanni, ahli kimia di Institut Fisika di Berne University, mengatakan, “Kita harus benar-benar mengesampingkan semua pilihan lain sebelum mengklaim adanya kehidupan.”
Sementara itu, Dr Caroline Morley, astrofisikawan di Texas University menyebut bahwa pengukuran atmosfer planet mungkin tidak akan pernah menghasilkan bukti kuat untuk kehidupan.
“Hal ini kurang dihargai di bidang ini, tetapi tanda-tanda teknologi, seperti pesan yang disadap dari peradaban maju, bisa menjadi bukti kuat yang lebih baik, meskipun kecil kemungkinan menemukan sinyal seperti itu,” tutur Morley.
Adapun Dr Jo Barstow, ilmuwan planet di Open University memandang bahwa penemuan tersebut sebagai sesuatu yang signifikan, walaupun memerlukan pembuktian lebih lanjut.
“Skeptisisme saya terhadap klaim apa pun yang berkaitan dengan bukti kehidupan selalu meningkat, bukan karena saya tidak yakin ada kehidupan lain di luar sana,” katanya.
“Tetapi karena saya merasa untuk penemuan yang begitu mendalam dan signifikan, beban pembuktian harus sangat, sangat tinggi. Saya tidak yakin karya terbaru ini melampaui ambang batas itu.”