MALE INSPIRE.id – Sarapan atau makan pagi sangat penting demi meningkatkan energi dan sistem kekebalan tubuh sebelum kita mulai menjalani aktivitas.
Namun karena alasan kesibukan dan jadwal yang padat, sejumlah orang mungkin melewatkan sarapan dan langsung pergi ke kantor.
Jika melewatkan sarapan selama sebulan, apa dampaknya bagi tubuh?
Baca juga: 5 Efek Samping Madu bagi Kesehatan
Dampak melewatkan sarapan selama satu bulan
Berikut kondisi yang terjadi pada tubuh jika kita melewatkan sarapan selama sebulan, dikutip dari berbagai sumber.
1. Metabolisme tubuh terganggu
Dilansir laman The Indian Express, konsultan gastroenterologi Pranav Honnavara Srinivasan mengatakan, konsumsi sarapan secara teratur berkaitan dengan peningkatan sensitivitas insulin, penanda utama kesehatan metabolisme.
“Sebaliknya, melewatkan sarapan dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin,” jelas Srinivasan.
Selain itu, melewatkan sarapan mengakibatkan glukosa darah postprandial (setelah makan) dan respons insulin menjadi lebih tinggi.
Hal itu menunjukkan respons metabolisme tubuh yang kurang efisien terhadap makanan di kemudian hari.
“Tanpa sarapan untuk memulai metabolisme energi, individu mungkin mengalami fluktuasi energi, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi sepanjang hari,” imbuh Srinivasan.
“Efek ini dapat diperparah oleh ketidakseimbangan hormon yang dipicu oleh melewatkan sarapan dalam jangka waktu yang lama, seperti sebulan.”
2. Memengaruhi fungsi kognitif dan suasana hati
Srinivasan menjelaskan bahwa melewatkan sarapan juga dapat mengganggu fungsi kognitif dan suasana hati.
Ia mengutip studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience, yang menemukan bahwa konsumsi sarapan dikaitkan dengan peningkatan perhatian, daya ingat, dan kinerja akademis.
Menurut dia, saat melewatkan sarapan selama bulan, kadar serotonin seseorang akan terganggu. Hal tersebut akan memicu peningkatan sifat mudah tersinggung, kecemasan, dan bahkan gejala depresi.
Baca juga: Kenapa Pisang dan Alpukat Tak Boleh Dikonsumsi Bersamaan?
3. Berat badan tak terkendali
Melewatkan sarapan juga berkaitan dengan berat badan yang tidak terkendali.
“Beberapa studi seperti yang diterbitkan dalam jurnal Obesity Research and Clinical Practice menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dikaitkan dengan penambahan berat badan dan peningkatan risiko obesitas,” papar Srinivasan.
Hal ini bisa disebabkan oleh makan berlebihan sebagai kompensasi di kemudian hari, perubahan pengaturan nafsu makan, dan penurunan laju metabolisme.
4. Kekurangan nutrisi
Melewatkan sarapan juga menyebabkan seseorang mengalami kekurangan nutrisi harian. Asupan nutrisi penting seperti vitamin, mineral, dan serat dari makanan menjadi tidak memadai.
Kebiasaan tersebut dapat berdampak terhadap kesehatan menyeluruh dalam jangka waktu yang panjang.
Baca juga: Manfaat Nitrat untuk Meningkatkan Kekuatan Otot, Menurut Studi
5. Masalah kesehatan kronis
Srinivasan mengungkapkan, sudah banyak studi yang mengidentifikasi potensi risiko kesehatan kronis dengan kebiaasaan melewatkan sarapan.
Risiko kesehatan itu yakni munculnya penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke, yang berkaitan dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi, kolesterol jahat tinggi, dan peradangan di tubuh.
Juga, beberapa peneliti menemukan bahwa melewatkan sarapan berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 yang mungkin disebabkan oleh gangguan sensitivitas insulin dan metabolisme glukosa.
6. Sering lelah
Melewatkan sarapan setiap pagi bisa menyebabkan seseorang mudah kelelahan dalam beraktivitas.
Dilaporkan Eat This, Not That!, sarapan memberikan bahan bakar yang dibutuhkan tubuh untuk memiliki energi yang diperlukan dalam aktivitas sehari-hari.
Ketika melewatkan sarapan, kadar gula darah seseorang dapat menurun, sehingga mudah lelah dan lesu.
Menurut sebuah studi tahun 2021, melewatkan sarapan dikaitkan dengan peningkatan kelelahan dan penurunan kualitas tidur.
“Karena makan adalah sumber energi, melanjutkan puasa dari semalam dengan tidak sarapan dapat menyebabkan kelelahan ekstra, pusing, sakit kepala, perubahan suasana hati, dan kinerja kognitif yang buruk,” ujar ahli gizi Sarah Schlichter.