MALE INSPIRE.id – Kondisi depresi pascamelahirkan atau baby blues tak hanya dapat dialami ibu.
Studi membuktikan bahwa para ayah juga bisa mengalami hal serupa, dan fenomena ini disebut sebagai daddy baby blues.
Beberapa perkiraan menyebutkan, prevalensi depresi pascapersalinan pada pria terjadi 1 dari 4 individu.
Baca juga: 6 Tips Membentuk Bonding Antara Ayah dan Anak
Studi melihat, sekitar 1 dari 10 pria juga berjuang dengan kesehatan mental mereka selama tahun-tahun awal mengasuh anak.
Seperti dilansir laman The Calda Clinic, kondisi daddy baby blues dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman melahirkan pasangan yang negatif dan kurang tidur sehingga ritme sirkadian terganggu.
Adapun ayah juga merasakan tanggung jawab yang luar biasa, hingga kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.
Hal tersebut termasuk perubahan signifikan pada rutinitas dan gaya hidup, stres hubungan, tekanan keuangan, serta munculnya kembali trauma masa kecil.
Baca juga: Tanda Anak Menderita OCD, Ayah Harus Bagaimana?
Di samping itu, pria lebih mungkin mengalami perasaan tertekan jika pasangannya menderita depresi pascapersalinan.
Menurut studi, sekitar 50 persen pria yang memiliki pasangan yang didiagnosis dengan depresi pascapersalinan akan mengalami depresi juga.
Studi juga menyoroti riwayat depresi, perselisihan perkawinan, dan kehamilan yang tidak diinginkan sebagai faktor penyebab lainnya.
Agar kehidupan rumah tangga beserta anggota keluarga baru sejahtera, ada baiknya Anda dan pasangan mengenali tanda-tanda dari daddy baby blues.
Dikutip Mayoclinic, ayah yang mengalami baby blues menunjukan perilaku sedih, lelah, kewalahan, cemas, atau mengalami perubahan dalam pola makan dan tidur mereka.
Baca juga: Sejarah Hari Ayah Sedunia, Diperingati Setiap Minggu Ketiga bulan Juni
Gejala-gejala tersebut sama seperti apa yang dialami ibu ketika mengalami depresi pascapersalinan.
Bagi pria yang menderita daddy baby blues, disarankan untuk segera menemui ahli kesehatan terkait guna penanganan lebih cepat.
Apalagi, jika kondisi gejalanya menunjukan tidak ada perbaikan setelah dua minggu dan situasi justru semakin memburuk.
Bila dibiarkan, penderita menjadi kesulitan merawat bayi, dan bisa berdampak pada kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari.