Sering Dianggap ‘Murahan’, ini Alasan Jam Tangan Kuarsa Tetap Digemari

MALE INSPIRE.id – Perdebatan mengenai keunggulan jam tangan bermesin mekanis (otomatis) dan jam tangan kuarsa (quartz) sudah muncul ke permukaan sejak lama.

Menurut CEO merek jam tangan Bulova, Michael Benavente, ada pepatah yang menyebutkan jika pemilik jam tangan kuarsa sangat menginginkan jam tangan mekanis.

Begitu kita sudah memiliki jam tangan mekanis, maka kita cenderung menganggap bahwa jam tangan kuarsa tidak berharga.

Baca juga: Cerita Breitling Navitimer Scott Carpenter, Jam Tangan Swiss Pertama yang Terbang ke Luar Angkasa

Faktanya, menurut Benavente, semua ini adalah propaganda yang dilakukan watchmaker alias pembuat jam tangan mekanis karena merasa ketakutan akan “ancaman” dari jam tangan kuarsa.

Sejarah jam tangan kuarsa

Seperti dilansir Ape to Gentleman, jauh sebelum teknologi kuarsa hadir, orang-orang hanya mengenal satu jenis jam tangan saja, yakni jam tangan mekanis atau otomatis.

Sekitar akhir era 1960-an, teknologi kuarsa pun muncul dibawa oleh pembuat jam yang rata-rata berasal dari Asia, termasuk Seiko dari Jepang.

Hal ini menyebabkan pergolakan di industri jam tangan yang dikenal dengan sebutan “revolusi kuarsa” atau krisis kuarsa.

Jam tangan dengan teknologi kuarsa menggunakan motor elektrik melalui kristal kuarsa untuk menggerakkan waktu.

Artinya, pembuat jam tidak memerlukan banyak bagian atau komponen untuk disematkan ke dalam jam tangan, sehingga biaya produksi jam tangan kuarsa lebih rendah dibandingkan jam tangan mekanis.

Ketika jam tangan kuarsa diproduksi secara massal dengan harga yang lebih terjangkau, banyak pembuat jam tangan mekanis –rata-rata asal Swiss– saat itu yang “kebakaran jenggot”.

Produsen jam tangan mekanis tetap bertahan dengan teknologi mekanis yang tradisional, seolah enggan merangkul teknologi kuarsa yang lebih ekonomis.

Namun, tidak semua watchmaker yang biasa merilis jam tangan mekanis menolak mentah-mentah teknologi kuarsa.

Mesin kuarsa masih dipakai di beberapa model jam tangan yang diciptakan manufaktur semacam Omega, Breitling, Piaget, dan Longines.

Bahkan, pembuat jam independen semacam Francois-Paul Journe tidak terpaku untuk mendesain jam tangan dengan mesin mekanis.

Baca juga: Zenith Sambut Olimpiade Paris 2024 dengan Jam Tangan Defy Edisi Terbatas

Keunggulan mesin kuarsa

Teknologi kuarsa menawarkan beberapa keuntungan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, jam tangan kuarsa tidak memerlukan banyak komponen, sehingga rata-rata jam tangan kuarsa memiliki desain yang ramping.

Selanjutnya, teknologi kuarsa juga menawarkan keakuratan waktu. Baterai jam tangan kuarsa akan mengalirkan arus ke sirkuit agar kristal kuarsa dapat bergetar sebanyak 32.768 kali per detik.

Sirkuit tersebut mengonversikan 32.768 getaran menjadi hitungan satu detik.

Hal inilah yang membuat jam tangan bermesin kuarsa lebih canggih dari segi teknologi. Desain jam tangan kuarsa juga dipandang lebih modern.

Dianggap tidak “berkelas”

Apabila mencari keakuratan waktu dalam jam tangan, bisa dikatakan tidak ada satu pun jam tangan mekanis yang mampu mendekati atau bahkan menyamai kemampuan jam tangan kuarsa.

Masalahnya, jam tangan kuarsa kerap dianggap sebagai jam tangan “murahan”.

Karena teknologi kuarsa lebih mudah diakses dan dijangkau, siapa saja dapat merancang jam tangan kuarsa, tidak harus merek sekelas Omega atau Breitling yang mengutamakan ketelitian dalam membuat jam.

Sederhananya, kita dapat dengan mudah menemui jam tangan kuarsa yang dibuat oleh merek tidak terkenal dijual di pinggir jalan. Dan citra ini sulit untuk dihilangkan.

Beberapa pihak menilai jika embel-embel “kuarsa” perlu diganti dengan kata atau terminologi lain agar tidak terkesan murahan. Langkah inilah yang ditempuh pembuat jam asal Inggris, Fears.

Pada 2016, watchmaker itu merancang jam tangan Redcliff Date. Di bagian dial (tepatnya di dekat indikator angka 6) tercantum teks electronic oscillator, alih-alih menggunakan kata quartz.

Penggunaan istilah electronic oscillator pada jam tangan itu dipandang lebih “seksi”, dan pada akhirnya banyak orang mau belajar memahami betapa menakjubkannya jam tangan dengan mesin kuarsa.

Baca juga: Dua Jam Tangan PR100 Edisi Khusus dari Tissot, Rayakan Tour de France dan La Vuelta a Espana

Nostalgia “semu” jam tangan mekanis

Di sisi lain, industri jam tangan Swiss cenderung mengutamakan gerakan mekanis yang berada di bagian dalam, tanpa mempedulikan desain cangkang dan dial atau wajah jam tangan.

Sebagian orang –terutama kolektor jam tangan– sangat mengagumi keindahan gerakan mekanis yang mencerminkan kualitas pembuat jam dalam menciptakan kerajinan tangan yang penuh ketelitian.

Tetapi gerakan mekanis yang rumit tersebut agak sulit untuk dilihat, kecuali jika bagian cangkang belakang dibuat transparan.

Juga, ketika kita memakai jam tangan dalam sebuah pesta, orang pasti akan melirik dan menilai model atau desain jam tangan kita lebih dulu, bukan menanyakan seperti apa mesinnya.

Jika diibaratkan, jam tangan mekanis adalah item yang membangkitkan nostalgia seseorang, di mana ia merindukan masa lalu yang nyatanya tidak pernah ia alami.

Hal itu sama saja seperti seseorang yang mengagumi karya musik The Beatles di era 70-an dan merasa nostalgia begitu salah satu lagu The Beatles diputar, padahal ia belum lahir ketika John Lennon masih hidup.

Ironisnya, perasaan nostalgia akan jam tangan mekanis menjadikan beberapa pihak arogan dan menganggap jam tangan mekanis lebih keren daripada jam tangan kuarsa yang lebih praktis dan modern.

Alih-alih mengakui jam tangan mekanis sudah ketinggalan zaman, sejumlah manufaktur kelas atas justru terus menciptakan jam tangan mekanis yang lebih presisi demi menyaingi jam tangan kuarsa.

Pada akhirnya, jam tangan mekanis mustahil untuk menyamai atau bahkan mengungguli jam tangan kuarsa dalam kecanggihan teknologi dan keakuratan waktu.

Juga, seiring waktu, jam tangan pintar (smartwatch) yang diluncurkan merek seperti Apple, Samsung, dan Xiaomi membuat jam tangan mekanis semakin terlihat kuno.

Industri jam tangan Swiss boleh saja menyajikan gagasan bahwa jam tangan mekanik memiliki nilai lebih ketimbang jam tangan kuarsa.

But at the end of the day, ada hal lain yang dicari oleh penggemar jam, yakni kepraktisan dan keakuratan waktu. Dua faktor itu hanya bisa ditemui di jam tangan kuarsa.

1 Trackback / Pingback

  1. Kolaborasi Lanjutan G-Shock x NASA, Hadirkan Jam Tangan Bertema Luar Angkasa - Male Inspire

Leave a Reply