MALE INSPIRE.id – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar mengapresiasi perayaan Festival Film Bulanan (Fesbul) 2024 sebagai bentuk apresiasi atas karya-karya terbaik dari para sineas film pendek Tanah Air sepanjang tahun.
Dalam sambutan di acara Fesbul 2024, Minggu (17/11/2024) di Djakarta Theatre XXI, Jakarta, Irene mengatakan ajang ini diharapkan bisa menjadi wadah ekspresi bagi sineas film pendek untuk berkreasi dan berinovasi demi membawa ekonomi kreatif Indonesia semakin diperhitungkan di mata dunia.
“Genting untuk suara kita bisa didengarkan dunia. Berjanjilah pada diri sendiri bahwa setidaknya lima tahun ke depan kita telah membangun pondasi dan melampauinya,” ujar Irene dalam siaran pers yang diterima maleinspire.id.
Baca juga: Sutradara Timo Tjahjanto Ungkap Proses di Balik Pembuatan Film The Shadow Strays
“Karena ini menjadi genting dan penting bukan hanya sebagai bangsa, tetapi juga sebagai bagian dari umat manusia.”
Pemerintah melalui program Festival Film Bulanan (Fesbul) hadir menyediakan akses, mengarahkan, dan memfasilitasi talenta subsektor film untuk mengantarkan karya-karya terbaik mereka ke dunia industri perfilman profesional.
Sejak 2021, Fesbul telah melahirkan 1.965 kisah film pendek terkurasi yang melibatkan 1.710 komunitas dari berbagai wilayah di Indonesia yang diseleksi setiap bulannya.
Setiap bulan sepanjang 2024, panitia Fesbul memilih dua film pendek terbaik mulai dari kategori fiksi, dokumenter, animasi, hingga eksperimental.
Film-film tersebut berasal dari 10 lokus (lokasi fokus) yang berbeda dari berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Review Film: Menghidupkan Kembali Kegelapan di The Crow (2024)
Perayaan Fesbul 2024 mengusung tema “Genting Menjadi Penting” pada 15-17 November 2024, menjadi malam puncak pelaku ekonomi kreatif subsektor film.
Diharapkan, ajang ini mampu mendorong pertumbuhan ekosistem film tanah air dan memperkuat ekonomi kreatif sebagai new engine of growth Indonesia.
Irene mengatakan, seiring perkembangan industri film Indonesia, generasi muda dalam produksi film di Indonesia harus menerapkan konsep berkelanjutan melalui prinsip 3P, yakni profit, people and planet.
“Dengan aspek 3P, kita bisa menarik perhatian dunia dan generasi muda untuk manfaatkan ini.”
“Walaupun dalam hati kita menyimpan keramahtamahan dan ketulusan yang dikenal dunia, ini waktunya kita maju, hadir, dan berdiri karena pesan yang kita bawa bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia,” sambung Irene.
Pendiri Fesbul, Abdul Manaf, berharap sineas Indonesia bisa konsisten berkreasi sehingga bisa mengangkat film menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan untuk pada akhirnya menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Harapannya adalah semoga pencipta film panjang, pendek, maupun periklanan, bisa menjadikan ini sebagai mata pencaharian,” kata Abdul Manaf.
Potensi sineas tanah air melalui industri film, khususnya film pendek, mulai dipertimbangkan di kancah internasional.
Baca juga: Review Film: Chief of Station, Konspirasi Besar di Tubuh Agen Rahasia
Dubes Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, menyampaikan bahwa pihaknya sudah bertemu dengan banyak talenta tanah air dengan keragaman dan potensinya luar biasa untuk memperkuat subsektor film.
“Sejak saya bertugas di Indonesia saya bertemu banyak sekali sutradara film, aktor, dan sineas. Industri film Indonesia luar biasa kuat karena sudah memiliki talenta, kreativitas, dan keberagaman,” jelas Fabien.
“Pada acara Clermont-Ferrand International Short Film Festival sebagai festival film pendek terbesar di dunia, film pendek Indonesia bisa bersaing dengan lebih dari 160 ribu film, sudah bisa sejajar dengan film kelas dunia lainnya.”
Dalam Fesbul 2024, Irene menyaksikan pemberian penghargaan kepada para sineas yang berhasil menjadi yang terbaik.
Setelah melalui proses kurasi, dari 19 film pendek yang masuk nominasi, dipilih lima karya film pendek terbaik tanpa klasifikasi juara berdasarkan urutan maupun kategori.
Berikut lima film pendek terbaik pada Perayaan Festival Film Bulanan 2024:
- Last Chicken on Earth (Rumah Produksi Cinemahameru, Jakarta)
- Realita Merajut Cinta, (Prodi Film & Televisi UPI, Bandung)
- No UFO Sightings in a Third World Country, (Sunshower Films, Pekanbaru)
- In The Never Ending Whirl Of A Reel, (Never-Ending Pictures, Jakarta)
- Kontapati, (Asaloka Films, Yogyakarta)