Sisi Gelap Transformasi Digital, dari Penyalahgunaan AI hingga Deepfake

MALE INSPIRE.id – Transformasi digital saat ini membuat masyarakat semakin dimudahkan untuk mengakses informasi di mana pun dan kapan pun.

Namun di balik kemudahan teknologi, ada bahaya yang mengintai, seperti serangan siber dan penipuan digital.

Dengan ragam penipuan digital yang semakin canggih, Vida, pemimpin dalam solusi identitas digital, mengajak pakar keamanan siber ternama Mikko Hyppönen untuk mengupas sisi gelap transformasi digital di Vida Executive Summit 2024.

Baca juga: Waspada Bahaya yang Mengintai saat Gunakan Aplikasi Telegram

I love the internet. Konektivitas memberikan kita begitu banyak manfaat dan peluang bisnis, tetapi juga menghadirkan risiko yang lebih besar,” kata Mikko dalam siaran pers yang diterima maleinspire.id.

Dulu, lanjut Mikko, serangan siber ditransfer secara fisik dari satu komputer ke komputer lain, melalui apa yang disebut floppy disk.

“Tapi saat ini, dengan revolusi teknologi dan kemunculan teknologi baru seperti generative artificial intelligence, kita tengah menghadapi perubahan besar dan pergeseran teknologi yang sangat signifikan.”

Sisi gelap transformasi digital

Salah satu kemajuan teknologi yang ramai diperbincangkan saat ini adalah munculnya kecerdasan buatan (AI) generatif atau generative artificial intelligence.

AI generatif merupakan teknologi machine learning yang mampu menciptakan beragam jenis konten, mulai dari teks, gambar, hingga musik. Hal ini merupakan salah satu kemajuan teknologi paling transformatif dalam sejarah.

Sebagai contoh, lagu Verknallt in einen Talahon, yang sepenuhnya diproduksi oleh teknologi AI bernama Udio, sukses meraih peringkat 27 di tangga lagu top 40 di Jerman dan Austria.

Memang AI generatif menawarkan banyak manfaat dan inovasi, namun di sisi lain juga membawa tantangan.

Tidak seperti revolusi teknologi sebelumnya yang berdampak pada pekerja kasar (blue collar) seperti mesin produksi massal, AI generatif menyasar pekerja kantoran (white collar), termasuk pemrograman dan layanan hukum.

Baca juga: Menyoroti Kebiasaan Orang Gunakan Teknologi Chatbot AI, untuk Bikin Puisi hingga Cari Kerja

Selain itu, teknologi ini juga membuka peluang terjadinya penipuan, termasuk deepfake –teknologi yang dapat memanipulasi gambar, video dan suara dengan kemiripan yang sangat meyakinkan.

Dalam lanskap keamanan siber saat ini, Mikko menyampaikan bahwa serangan siber kini tidak lagi dilakukan oleh individu, melainkan oleh kelompok kriminal yang sangat terorganisir.

Kelompok-kelompok ini memanfaatkan teknologi terbaru, menyesuaikan serangan, dan membentuk kemitraan strategis untuk memaksimalkan keuntungan material.

Singkatnya, kejahatan siber telah berkembang menjadi sebuah model bisnis layaknya perusahaan-perusahaan pada umumnya.

Indonesia sendiri menghadapi jumlah serangan siber yang mencengangkan, mencapai 279,84 juta pada tahun 2023, menurut data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Hal ini menyoroti tingkat ancaman yang cukup tinggi.

“Jika organisasi kriminal ini adalah perusahaan yang sah, mereka akan dianggap sebagai unicorn karena pendapatan, profitabilitas, dan pertumbuhannya yang sangat signifikan,” papar Mikko.

Baca juga: Modus Penipuan Telepon Asing Menggunakan AI Marak di Korea Selatan

“Namun, berbeda dari perusahaan teknologi yang sukses, organisasi ini tidak akan pernah melantai di bursa saham atau mencari strategi keluar. Situasi ini menekankan betapa besar skala masalah kejahatan siber saat ini.”

Juga, organisasi kriminal ini peduli akan branding dan mulai membangun citra mereka dengan nama, situs, dan logo. Ini mencerminkan betapa besarnya kehadiran organisasi tersebut dalam lanskap kriminal global.

Maka, penting bagi perusahaan untuk mengadopsi solusi canggih guna mengatasi ancaman yang dapat membahayakan operasi mereka dan mengancam keamanan pelanggan mereka.

Demi menjawab tantangan ini, Vida meluncurkan Vida Identity Stack, rangkaian solusi yang dirancang untuk melawan penipuan digital dan meningkatkan keamanan di seluruh ekosistem digital.

“Otentikasi yang kuat dan akurasi identifikasi individu sangat penting untuk memerangi penipuan digital seperti deepfake,” ungkap Niki Luhur, pendiri dan CEO Vida.

“Teknologi VIDA adalah pondasi penting bagi ekonomi industri digital yang tepercaya, mengubah ancaman digital menjadi peluang yang aman, serta melindungi bisnis dan pelanggan mereka.”