Kompetisi Unik ‘Tidak Melakukan Apa-Apa’ Menjadi Simbol Healing Mental

kompetisi unik

MALEINSPIRE.id – Di tengah laju kehidupan modern yang sarat tekanan dan tuntutan kecepatan, masyarakat Korea Selatan menemukan kompetisi unik untuk merayakan ketenangan: kompetisi “tidak melakukan apa-apa” (Space-Out Competition).

Setiap tahun, ratusan peserta berkumpul untuk duduk diam selama 90 menit, tanpa interaksi dengan ponsel, percakapan, atau bahkan tidur.

Kompetisi unik ini dipandang sebagai “olahraga” baru bagi pikiran, yang secara radikal menantang keyakinan konvensional bahwa produktivitas harus selalu diukur dari aktivitas atau hasil kerja yang nyata.

Baca juga: Merapikan Tempat Tidur Baik untuk Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya

Kompetisi ini menyoroti bahwa berdiam diri adalah bentuk pemulihan mental yang krusial, khususnya dalam menghadapi budaya kerja ekstrem di Korea Selatan.

Kompetisi unik dari proyek seni menjadi ritual nasional

kompetisi unik

Kompetisi tahunan ini pertama kali digagas oleh seniman visual Woopsyang pada tahun 2014 di tepi Sungai Han, Seoul.

Awalnya, acara tersebut merupakan proyek seni publik yang bertujuan mengkritik budaya kerja berlebihan dan stigma negatif terhadap istirahat.

Kini, Space-Out Competition telah berkembang menjadi ritual budaya nasional dan disebut-sebut setara dengan cabang “olahraga mental”.

Peserta harus mempertahankan kondisi diam, menghindari komunikasi, dan pergerakan signifikan selama 90 menit penuh. Pelanggaran, seperti tertidur, dapat mengakibatkan diskualifikasi.

Pemenang ditentukan berdasarkan dua kriteria utama: detak jantung yang paling stabil selama periode waktu tersebut dan penilaian visual dari penonton mengenai siapa yang tampak paling tenang.

Meskipun terlihat sederhana, banyak peserta yang menyerah sebelum waktu habis karena kesulitan menahan dorongan untuk “melakukan sesuatu”.

Popularitas kompetisi unik tersebut meluas, bahkan kini diadakan di beberapa kota Asia lain, termasuk Tokyo dan Taipei.

Baca juga: Hustle Culture, ini Dampaknya bagi Kesehatan Fisik dan Mental

Kisah sang juara: ketenangan sebagai strategi punk

kompetisi unik

Salah satu pemenang terbaru dalam kompetisi unik ini adalah Byung-jin Park, seorang pengusaha sekaligus musisi indie punk berusia 36 tahun dari Seoul.

Park berhasil mengungguli lebih dari 100 peserta dengan strategi yang tampak sederhana: bernapas perlahan dan membiarkan pikirannya sepenuhnya kosong.

Park mengakui bahwa latar belakangnya sebagai musisi punk yang identik dengan energi tinggi justru membantunya menenangkan diri.

“Kami datang dengan rambut runcing dan jaket kulit. Banyak yang tidak percaya kami bisa duduk diam,” ujarnya.

Bagi Park, kompetisi ini lebih dari sekadar ajang hiburan; ini adalah pengalaman personal untuk keluar dari rutinitas kerja yang melelahkan. “Duduk diam tanpa melakukan apa-apa ternyata sulit sekali,” katanya. “Tapi setelah itu, pikiran saya seperti disetel ulang.”

Makna psikologis di balik fenomena diam

Fenomena “olahraga diam” ini secara mendalam mencerminkan kerinduan masyarakat modern akan ruang hening di tengah lautan notifikasi dan tekanan sosial.

Menurut Hanson Park, seorang psikiater dan dosen di Universitas Nasional Seoul, periode diam memberikan kesempatan bagi otak untuk mengaktifkan Default Mode Network.

Baca juga: 8 Tips Menjaga Kesehatan Mental saat Menganggur

Area otak ini dikenal memainkan peran penting dalam kreativitas, pemrosesan emosi, dan refleksi diri.

“Dalam masyarakat yang sangat terstimulasi seperti Korea Selatan, melamun bukan tanda kemalasan. Itu cara otak memperbaiki diri,” tutur Hanson Park.

Ia menambahkan bahwa jeda singkat untuk menenangkan pikiran terbukti dapat menurunkan hormon stres dan membantu mengurangi tingkat kecemasan.

Meskipun awalnya dianggap eksentrik, kompetisi unik ini berhasil membuka diskusi publik mengenai pentingnya keseimbangan antara kerja dan istirahat.

Bahkan, beberapa perusahaan di Seoul mulai menerapkan “program diam lima menit” di sela jam kerja untuk memfasilitasi karyawan menurunkan tingkat stres.

Apa yang dulunya hanya sebuah proyek seni kini bertransformasi menjadi simbol sosial yang kuat: bahwa di era hiper-produktif, tidak melakukan apa-apa dapat diakui sebagai bentuk tertinggi dari kesadaran diri dan well-being.