
MALE INSPIRE.id – “Begini nasib jadi bujangan, ke mana-mana asalkan suka, tiada orang yang melarang…”
Penggalan lagu Koes Plus berjudul “Bujangan” itu seolah menggambarkan betapa enaknya menjalani hidup sebagai bujangan.
Namun, berstatus bujangan ternyata memiliki efek berbahaya bagi kesehatan.
Baca juga: Angka Pernikahan di Indonesia Menurun, Kencan Digital Tak Lagi Populer?
Seperti diberitakan CNN, studi yang dimuat dalam jurnal BMJ menemukan bahwa kesendirian dalam waktu lama bisa berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya pria.
Studi tersebut mengamati sampel darah 4.835 peserta dari Copenhagen Aging and Midlife Biobank.
Para peneliti mencoba memeriksa tingkat peradangan pada setiap peserta.
“Kami menemukan hubungan yang signifikan antara putusnya hubungan atau bertahun-tahun hidup sendiri dan peradangan hanya pada pria, setelah menyesuaikan faktor tertentu.”
Demikian kata Dr Karolina Davidsen, penulis studi dan research associate di Department of Public Health di University of Copenhagen, Denmark.
“Pada wanita, kami tidak menemukan efek seperti itu.”
Studi ini mengamati periode di mana individu hidup sendiri dan jumlah kandasnya hubungan asmara, karena akhir dari suatu hubungan seringkali diikuti oleh periode hidup dalam kesendirian, menurut para peneliti.
Kaitan antara perasaan kesepian dan masalah kesehatan yang merugikan sudah diteliti dalam banyak studi lain, menurut Dr Peter Libby, spesialis pengobatan kardiovaskular di Brigham and Women’s Hospital.
Libby tidak terlibat dalam studi dari University of Copenhagen.
Menurut dia, studi terbaru memperkuat hubungan antara kesepian dengan masalah sistem saraf dan peradangan, yang merupakan pemicu signifikan penyakit jantung.
“Ada peningkatan pemahaman tentang hubungan mendasar antara stres psikologis dan variabel biologis yang terkait peradangan,” kata Libby.
Memilih single vs merasa kesepian
Apa tindakan yang perlu dilakukan seseorang yang hidup sendiri –entah karena pilihan atau keadaan?
“Salah satu saran mungkin agar tenaga kesehatan profesional menyadari kelompok berisiko ini yang mungkin hidup dengan faktor risiko sosial tambahan yang biasanya tidak diperhitungkan,” jelas Davidsen.
Baca juga: Terbukti Secara Ilmiah, Manfaat Pernikahan bagi Kesehatan
Sementara itu, Libby menyarankan individu yang hidup sendiri untuk menjalani gaya hidup sehat, mengingat risiko peradangan dapat meningkat akibat kesendirian.
“Ketika menghadapi kesulitan dalam bentuk apa pun, aktivitas fisik secara teratur dan diet sehat bisa menolong kesejahteraan, baik psikologis maupun biologis,” ujar Libby.
Hidup sendirian memiliki banyak manfaat dan risiko.
Kesendirian dikaitkan dengan penurunan kondisi kesehatan, kesejahteraan dan kognisi. Namun, bukan berarti orang yang hidup sendiri selalu merasa kesepian.
Dalam beberapa tahun terakhir, studi menunjukkan lebih banyak orang tidak menikah dan hidup sendiri.
Data yang ada mengungkapkan perasaan kesepian menurun di usia 50 tahun hingga pertengahan 70-an, terang Louise Hawkley, ilmuwan senior di organisasi penelitian nonpartisan NORC di University of Chicago.
Sama seperti Libby, Hawkley juga tidak terlibat dalam studi yang dilakukan Davidsen beserta tim di University of Copenhagen.
Menjadi bujangan bisa menguntungkan
Elyakim Kislev, asisten profesor di The Hebrew University of Jerusalem menyatakan, menjadi bujangan merupakan keuntungan bagi sebagian orang.
Kislev menganalisis database AS dan Eropa, termasuk Biro Sensus AS dan Survei Sosial Eropa.
Baca juga: Fenomena Jouhatsu di Negeri Sakura, Menghilang Demi Memulai Hidup Baru
Ia menganalisis database tersebut sebagai bagian dari studi yang meneliti tren hidup melajang dan apa yang membuat individu merasa bahagia dengan status bujangan.
Kemudian, Kislev mempelajari pola hubungan di lebih dari 30 negara. Ia mewawancarai lebih dari 140 orang berstatus bujangan di AS dan Eropa yang berusia antara 30-78 tahun.
Ditemukan, perbedaan nyata antara bujangan yang bahagia dengan yang tidak bahagia terletak pada cara mereka memandang stereotip tersebut.
Beberapa bujangan yang bahagia memiliki pengalaman yang seru, seperti bepergian atau mencari hobi baru.
Mereka menggunakan waktu untuk mengisi ulang dan berfokus pada diri mereka selama sendiri, kata Kislev.