Menjalani pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan yang akan digunakan untu kebutuhan sehari-hari merupakan perihal yang umum terjadi. Namun, dengan segala tekanan yang diberikan, sistem kerja yang padat, dan berbagai hal lainnya. Berdampak pada kesehatan Anda, fisik maupun mental.
Khusus untuk kesehatan mental menjadi tema yang semakin hangat saat ini. Apalagi semenjak pendemi Covid-19 melanda Indonesia dan dunia. Melalui survei cepat yang dilakukan oleh Tempo.co mendapatkan sekitar 72,4 persen dari 2.700 orang yang mengikuti survei mengalami gangguan kesehatan mental. Hal tersebut menjadi selaras dengan temuan Ipsos dan Forum Ekonomi Dunia yang mendata sekitar 13 ribu pekerja di 28 negara telah mengalami gangguan kesehatan mental, diakibatkan rentannya keamanan kerja serta perubahan rutinitas.
Dikutip dari ilo.org, bahwa terjadinya gangguan kesehatan mental pekerja kabarnya berpotensi untuk memberikan dampak kerugian perekonomian hingga US$ 1 triliun per tahun secara global dikarenakan menurunnya tingkat produktivitas. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang berbahaya jika tidak segera ditangani dengan baik.
Di sisi lain, permasalahan kesehatan mental di tempat kerja selain terkait yang diakibatkan oleh pandemi masih di dominasi oleh persoalan gaji, lingkungan kerja, dan beban kerja. Di mana ketiganya harus sesuai keinginan dan berjalan selaras. Apabila salah satu mengalami masalah maka besar kemungkinan akan berpengaruh pada kesehatan mental. Beberapa contoh yang umum terjadi adalah beban kerja yang menumpuk, atasan yang kurang baik, atau rekan kerja yang tidak kooperatif memungkinkan pekerja stres hingga depresi akan kondisi yang dialaminya.
Bahkan dengan adanya perubahan sistem kerja work from home (WFH) yang seharusnya bisa memberikan work life balance justru berakibat sebaliknya. Hal Ini dikarenakan perubahan sistem kerja dengan WFH justru menimbulkan masalah baru yang berakibat pada kesehatan mental.
Melalui kutipan Verywell mind, riset yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2017 menunjukkan bahwa orang yang bekerja dari rumah melaporkan tingkat stres yang lebih tinggi.
Berikut beberapa penyebab WFH dapat pula mengancam kesehatan mental:
- Merasa kesepian
- Lingkungan kerja yang tidak optimal
- Mudah lembur dengan jam kerja tidak teratur
- Tidak ada batasan antara kehidupan pribadi dan profesional
Melalui poin diatas, mempertegas bahwa dengan segala perubahan yang diberikan tetap memiliki potensi untuk mengancan kesehatan mental tetap ada.
Lalu bagaimana seseorang mengetahui bahwa kesehatan mentalnya mulai terkena dampak?
Menurut artikel mentalhealth.org.uk, bahwa masalah kesehatan mental memiliki banyak gejala dan tanda yang berbeda. Tapi setidaknya ada 4 hal yang sebaiknya mendapatkan bantuan ahli terkait kondisinya, seperti:
- Tidak bersemangat menjalani hidup
- Mulai berdampak dan berpengaruh pada orang sekitar, seperti teman,keluarga, dan rekan kerja
- Mulai memengaruhi mood selama beberapa minggu
- Menyebabkan niat untuk melakukan bunuh diri
Dengan melihat dampak yang bisa diberikan dari permasalahan kesehatan mental ini, maka penting bagi pekerja bisa menjaganya dengan baik.
Lalu apakah persoalan menjaga kesehatan mental di tempat kerja hanya berlaku pada karyawannya saja? Tentu saja tidak,
Peran untuk menjaga kesehatan mental di tempat kerja berlaku di segala aspek yang berkaitan. Dari karyawan, perusahaan, hingga pemerintah memiliki tanggung jawab agar kesehatan mental bisa terjaga.
Dikutip dari Cdc.gov menjelaskan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, dan karyawan dalam upaya menjaga kesehatan mentalnya.
Pemerintah
- Menyediakan alat dan bahan untuk organisasi dan pengusaha yang memberikan pendidikan kesehatan mental dan manajemen stres.
- Menyediakan kursus, panduan, dan alat pengambilan keputusan untuk membantu orang mengelola kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
- Kumpulkan data tentang kesejahteraan pekerja dan lakukan penelitian pencegahan dan biomedis untuk memandu inovasi kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung.
- Promosikan strategi yang dirancang untuk menjangkau orang-orang di komunitas yang kurang terlayani, seperti penggunaan petugas kesehatan komunitas untuk membantu pasien mengakses layanan kesehatan mental dan pencegahan penyalahgunaan zat dari kelompok komunitas lokal.
Perusahaan
- Menyediakan akses bagi karyawan untuk membicarakan masalah mentalnya
- Membuat ruang interaksi antara karyawan untuk berbagi keluh kesah
- Pihak perusahaan harus kreatif menjangkau karyawan.
- Buat sistem yang dapat digunakan oleh karyawan, pemberi kerja, dan penyedia layanan kesehatan untuk menemukan program berbasis komunitas.
Karyawan
- Bagikan pengalaman pribadi dengan orang lain untuk membantu mengurangi stigma
- Bersikaplah terbuka tentang pengalaman dan perasaan rekan kerja. Tanggapi dengan empati, tawarkan dukungan teman sebaya, dan dorong orang lain untuk mencari bantuan.
- Makan sehat dengan gizi seimbang, olahraga teratur, dan istirahat cukup
- Ambil bagian dalam aktivitas yang mendorong manajemen stres dan relaksasi, seperti yoga, meditasi, mindfulness, atau tai chi.
- Luangkan waktu untuk merenungkan pengalaman positif dan mengungkapkan kebahagiaan dan rasa syukur.
- Tetapkan dan bekerja menuju tujuan pribadi, kesehatan, dan yang berhubungan dengan pekerjaan dan mintalah bantuan saat dibutuhkan.
Dengan kerja sama dengan perhatian akan pentingnya kesehatan mental di lingkungan kerja. Maka akibat-akibat buruk yang disebabkan oleh kondisi kesehatan mental yang kurang baik bisa segera teratasi bahkan dicegah.
Melihat hal ini, Direktur Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan, Celestinus Eigya Munthe bahwa pemerintah menyediakan layanan kesehatan jarak jauh (telemedisin) melalui aplikasi Sehat Jiwa, di mana pekerja dapat berkonsultasi dan melakukan konseling secara bebas biaya untuk mengatasi tekanan mental dalam bekerja.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.