
MALEINSPIRE.id – Lini masa media sosial X (dulu Twitter) ramai membahas pilihan kegiatan yang dilakukan saat S1 atau sarjana susah mendapat kerja.
Dalam unggahan akun media sosial X @tany**** pada Kamis (19/6/2025), warganet memberikan dua pilihan saat sarjana sedang menganggur, yakni ikut Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) atau membuka usaha.
LPK merupakan lembaga yang memberikan pelatihan teknis untuk membangun kesiapan peserta. Beberapa LPK juga berperan sebagai penyalur tenaga kerja.
“In this economy, mending masuk lpk atau buka usaha aja ya? Sender lulusan s1 tapi blm dpt kerja, ditawarin ortu buka usaha tp sender mau masuk lpk. ada saran gk?” ujar pengguna X pada Kamis (19/6/2025).
Lantas, antara LPK dan buka usaha, mana yang lebih baik jika sarjana tak kunjung mendapat kerja?
LPK atau buka usaha?
Ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin berpendapat, lulusan S1 lebih baik bekerja terlebih dahulu untuk menambah pengalaman, termasuk melalui LPK.
Menurutnya, lulusan kuliah perlu mematangkan keterampilan terlebih dahulu melalui pengalaman, serta membangun jaringan profesional (networking).
“Lebih baik bekerja dulu untuk menimba pengalaman dan menambah network,” ujar Eddy.
Ia mengatakan, keterampilan tersebut diperlukan sebelum memulai bisnis yang serius.
Pasalnya, memulai bisnis yang serius memerlukan kemampuan mengelola karyawan, pemasok (suppliers), konsumen, dan jejaring.
“Jadi, perlu bisa mengatur supply chain. Lulusan baru sebaiknya bekerja dulu untuk menjadi matang,” imbuhnya.
Sementara itu, ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin menjelaskan, lulusan sarjana saat ini perlu memiliki karakter yang lentur dan tidak berhenti belajar.
Menurutnya, lulusan sekarang tidak perlu terlalu pemilih, karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan.
“Saat ini, lulusan S1 harus fleksibel dan tidak boleh berhenti untuk mengasah skill. Fleksibel artinya tidak boleh terlalu pilih-pilih pekerjaan, mengingat ketersediaan lapangan kerja yang terbatas,” kata Wijayanto.
Senada dengan Eddy, Wijayanto mengatakan bahwa skill perlu diasah supaya seseorang mampu bersaing di pasar tenaga kerja.
Karena itu, ia tidak mempermasalahkan jika seseorang memilih untuk masuk LPK.
“Apa yang penting adalah bertahan sambil mencari peluang yang lebih bagus,” sebutnya.
Di samping itu, Wijayanto juga menyetujui apabila seorang lulusan S1 memilih untuk menjadi pengusaha.
Sebab, pilihan tersebut wajib dipertimbangkan untuk mengasah keterampilan menciptakan lapangan kerja.
“Menjadi entrepreneur juga merupakan pilihan ultimate yang wajib dipertimbangkan,” tutur WIjayanto.
“Mentalitas menciptakan peluang, bukan menunggu peluang, perlu diasah dan diwujudkan.”
Menjadi pengusaha memang memiliki risiko yang relatif tinggi. Namun, pilihan ini tetap perlu dipertimbangkan mengingat kondisi lapangan kerja yang terbatas.
“Mengambil risiko lebih bukanlah hal yang buruk. Siapa tahu menjadi pengusaha merupakan garis tangan rekan-rekan,” ujarnya.