
MALEINSPIRE.id – Rasi bintang atau konstelasi adalah pola bintang di langit yang diberi nama dan memiliki bentuk yang mirip dengan objek tertentu.
Kita perlu menghubungkan titik-titik dari satu bintang ke lainnya menggunakan imajinasi sehingga membentuk seperti objek tertentu, hewan, atau orang.
Penemuan dan penamaan kelompok bintang dikenal sebagai konstelasi atau rasi bintang, telah dimulai sejak zaman dulu.
Nama-namanya merujuk pada beberapa fenomena meteorologi atau melambangkan kepercayaan agama dan mitologi.
Lantas, bagaimana metode rasi bintang diberi nama?
Asal-usul nama rasi bintang
Sebagian besar nama rasi bintang yang diketahui berasal dari budaya Timur Tengah, Yunani, dan Romawi kuno.
Mereka mengidentifikasi gugusan bintang dan memberi nama berdasarkan nama dewa-dewi, hewan, dan objek dalam mitologi mereka.
Misalnya, orang Yunani kuno menganggap bahwa susunan bintang di langit tampak seperti seseorang dengan pedang yang terikat di ikat pinggangnya.
Dikutip dari laman NASA, bangsa Yunani Kuno kemudian menamainya berdasarkan nama pemburu terkenal dalam mitologi mereka, Orion.
Orion merupakan salah satu konstelasi yang paling dikenal di langit malam dan dapat dilihat dari seluruh belahan dunia.
Bahkan, itu bukan satu-satunya budaya yang melakukan hal tersebut. Sepanjang sejarah, budaya di seluruh dunia (penduduk asli Amerika, Asia, dan Afrika) telah membuat gambar dengan bintang-bintang yang sama.
Pengelompokan bintang dapat membantu menandai berlalunya waktu antara masa penanaman dan panen.
Dalam beberapa kasus, rasi bintang mungkin memiliki makna seremonial atau keagamaan bagi sebagian masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, berbagai budaya di seluruh dunia memiliki nama dan jumlah rasi bintang yang berbeda, tergantung pada apa yang mereka anggap menyerupai bintang-bintang tersebut.
Ada berapa jumlah rasi bintang?
Saat ini, terdapat 88 rasi bintang yang diakui secara resmi yang merupakan penggabungan dari rasi bintang kuno dan modern.
Dilansir laman Lunar and Planetary Institute, ada 48 rasi bintang kuno dan itu adalah pengelompokan bintang yang paling terang karena dapat diamati dengan mata telanjang sebelum ada teleskop.
Satu di antara rasi bintang tersebut, Argo, dibagi oleh para astronom menjadi 3 bagian. Sehingga menjadi 50 rasi bintang kuno.
Sementara itu, rasi bintang modern diidentifikasi oleh para astronom pada tahun 1500-an sampai 1700-an menggunakan teleskop dan mampu mengamati langit malam di belahan bumi selatan.
Para ilmuwan kemudian menghubungkan bintang-bintang yang lebih redup di antara rasi bintang kuno, menghasilkan 38 rasi bintang modern.
Pada 1930, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) secara resmi mendaftarkan 88 rasi bintang modern dan kuno, serta menggambar batas di sekeliling masing-masing rasi bintang.
Tepi batas tersebut bertemu, membagi bola imajiner atau “bola langit” yang mengelilingi Bumi menjadi 88 bagian.