Perusahaan di China Mulai Gunakan AI untuk Merekrut Karyawan

MALE INSPIRE.id – Sederet perusahaan di China mulai mengadopsi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk merekrut karyawan.

Manajemen perusahaan yang bergerak di jasa perbankan di China menganggap, penggunaan AI bisa mengurangi biaya rekrutmen dan meningkatkan efisiensi.

Sebagaimana diberitakan SCMP, beberapa lembaga perbankan yang mulai menerapkan teknologi ini mencakup Bank of China (BOC), Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), dan beberapa bank lokal.

Baca juga: CEO Google: AI Tidak bisa Gantikan Tugas dan Pekerjaan Programmer

Adapun teknologi AI yang diadopsi adalah pewawancara AI.

Dilaporkan Economic Observer, masing-masing pewawancara AI mampu melakukan wawancara hingga 2.500 kali dalam 24 jam.

Wawancara dengan AI memang sudah tersedia di berbagai platform media sosial di China. Aplikasi tersebut membantu memberikan penilaian dan menyeleksi para kandidat.

Cerita pelamar saat wawancara dengan AI

Sesi wawancara dengan AI dilakukan secara tatap muka, persis seperti yang biasa dilakukan perekrut dan pelamar.

Wawancara tatap muka dilakukan sebelum ujian tertulis.

Pelamar harus mengunduh perangkat lunak khusus dan memastikan kamera serta mikrofon berfungsi sebelum sesi wawancara dilakukan.

Baca juga: Teknologi Kecerdasan Buatan dapat Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Seorang pelamar bernama Xu mengaku merasa lebih nyaman ketika harus berinteraksi dengan pewawancara AI pada proses rekrutmen.

Selama sesi wawancara, Xu mendapat dua kesempatan untuk menjawab tiap pertanyaan.

“Saya cenderung merasa gugup saat berbicara dengan orang sungguhan dalam wawancara,” tutur Xu, masih dari sumber yang sama.

“Biasanya, saya tidak mendapatkan dua kesempatan untuk menjawab pertanyaan, dan saya ragu meminta kesempatan lain kepada pewawancara jika jawaban saya tidak memuaskan.”

Sementara itu, kandidat laki-laki bernama Li mengatakan, pewawancara AI justru lebih mudah didekati.

Li juga mengatakan bahwa pewawancara AI tidak bisa memberi pertanyaan yang menyudutkan.

“Saat saya menjawab pertanyaan, pewawancara AI itu mengangguk sesekali. Saat saya berhenti, ia memiringkan kepalanya, menunggu saya melanjutkan,” katanya.

Berbeda dari Xu dan Li, pelamar lain bernama Wang justru canggung saat melakukan sesi wawancara dengan AI.

Baca juga: Sisi Gelap Transformasi Digital, dari Penyalahgunaan AI hingga Deepfake

Dia merasa seperti berbicara dengan dirinya sendiri saat menjawab pertanyaan pewawancara AI.

Beberapa pertanyaan yang diajukan pewawancara AI dianggap Wang tidak relevan. Menurutnya, pewawancara AI justru terkesan mengajukan pertanyaan yang menjebak.

“Saya melamar posisi manajer pelanggan, namun AI tersebut berulang kali menanyakan saya tentang tulisan tangan,” jelas Wang.

Meski menuai pro dan kontra, sesi wawancara dengan teknologi AI juga dilaporkan sering mengalami kendala teknis. Misalnya, aplikasi AI tiba-tiba tidak berfungsi saat wawancara.

Penggunaan AI dalam rekrutmen karyawan

Penggunaan AI dalam dunia kerja, khususnya di sektor keuangan di China memang kerap dilakukan, terutama pewawancara AI.

Salah satu produk perangkat lunak asisten wawancara AI menawarkan produk di mana pengguna bisa berpartisipasi dalam empat wawancara selama 2 jam.

Aplikasi tersebut telah dibeli oleh 1.068 orang seharga 68,8 yuan atau sekitar Rp 151.000.

Tak hanya untuk sesi wawancara, seleksi kandidat karyawan dengan mencocokkan latar belakang pelamar juga sudah menggunakan teknologi AI.

Dilansir laman Pulse, aplikasi pencari kerja seperti LinkedIn dan platform lainnya telah menyederhanakan proses perekrutan dengan menerapkan solusi berbasis AI.

LinkedIn sendiri memperkenalkan asisten AI yang disebut Hiring Assistant untuk membantu perekrut pada bulan Oktober 2024.

Fitur ini dibuat menggunakan OpenAI GPT-4, yang mampu mengotomatiskan berbagai tugas, seperti membuat daftar kandidat sesuai tujuan perekrutan, memilih pelamar teratas, menyusun pemberitahuan untuk kandidat, dan menyiapkan pertanyaan wawancara.