MALE INSPIRE.id – Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dinilai dapat mempermudah dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pasien, baik saat berobat di rumah sakit maupun secara daring.
Hal ini disampaikan staf ahli Menteri Kesehatan RI bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji S.T M.Si dalam acara CEO Forum 2024 yang diadakan Sysmex Indonesia di Raffles Hotel, Jakarta, Kamis (16/5/2024).
“Digitalisasi kesehatan adalah kunci untuk meningkatkan akses, efisiensi, dan kualitas layanan medis di masa depan,” tutur Setiaji.
Baca juga: Indosat Ooredoo Hutchison dan Ericsson Jalin Kerja Sama, Mendorong Digitalisasi di Indonesia
Menurut dia, pemanfaatan kecerdasan buatan bisa memudahkan dokter mendiagnosis pasien serta meningkatkan angka kesembuhan karena penyakit lebih cepat diobati.
Saat ini, analisis kecerdasan buatan mampu mendeteksi sekitar 124 penyakit kanker paru-paru dengan menggunakan sinar x (x-ray). Perpaduan antara AI dan x-ray bisa menghasilkan pencitraan yang lebih cepat dan akurat.
Ke depannya, kecerdasan buatan juga akan digunakan pada aplikasi Satu Sehat dari Kementerian Kesehatan. Dengan teknologi itu, pasien atau pengguna aplikasi dapat memanfaatkan fitur chat untuk mendeteksi penyakit yang diderita secara akurat bahkan sebelum bertemu dokter.
AI sebagai chatbot assistant yang mampu menjawab pertanyaan dan kebutuhan pengguna dinilai membantu dalam pencarian tenaga medis dan informasi kesehatan yang sesuai kebutuhan pengguna.
Baca juga: Samsung Innovation Campus Kini Diperluas ke Mahasiswa dan Gelar Pelatihan AI
Ketepatan diagnosis dari AI juga dibutuhkan supaya pasien mendapatkan kejelasan mengenai penyakit yang dideritanya. Sedangkan bagi dokter, mereka akan lebih mudah memberikan perawatan sesuai informasi yang didapatkan dari aplikasi tersebut.
Ditambah lagi, integrasi dari riwayat rekam medis pasien juga bisa ditingkatkan dengan AI agar dokter memperoleh informasi yang jelas sebelum bertemu pasien.
“Coba bayangkan kalau dokter tahu penyakitnya apa begitu pasien datang, bukan hanya bisa di fasilitas kesehatan (faskes) kota saja, tapi seluruh faskes di Indonesia,” sambung Setiaji.
“Kalau bisa dideteksi lebih awal akan bagus sekali.”
Baca juga: Alodokter Hadirkan Layanan Kesehatan Ke Rumah Nyaman & Lengkap
Penerapan kecerdasan buatan dalam bidang kesehatan tidak lepas dari berbagai tantangan, mulai dari kekhawatiran pengguna terhadap keamanan data hingga peralihan dari metode konvensional ke digital yang masih kurang dipahami sebagian masyarakat.
Secara Undang-Undang, Kementerian Kesehatan sudah berupaya memberikan perlindungan data pribadi pengguna, mulai dari tahap pengumpulan data, proses memasukkan data, analisis hingga saat dimanfaatkan.
“Di Satu Sehat, pasien bisa memberikan wewenang akses informasi kesehatannya untuk dilihat sepenuhnya, dilihat setengah atau ditutup sepenuhnya, boleh apa enggak di-download,” papar Setiaji.
Ia berharap akan kontribusi berbagai pihak, dan perusahaan yang mendukung teknologi kesehatan bisa terus mengembangkan bisnis di Tanah Air demi pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.