
MALEINSPIRE.id – Istilah friends with benefits (FWB) bukan lagi menjadi hal yang asing di era sekarang.
Bahkan, saat ini banyak orang yang merasa nyaman menjalani hubungan FWB atau teman tapi mesra karena tidak perlu berkomitmen dan terikat.
Padahal, hubungan FWB tidak lepas dari berbagai kerugian yang mungkin dialami salah satu atau kedua belah pihak.
Hal ini disampaikan seksolog klinis Zoya Amirin, MPsi, FIAS dalam wawancara dengan maleinspire.id melalui telepon beberapa waktu lalu.
Dampak negatif FWB
Setidaknya, ada tiga dampak buruk hubungan friends with benefits menurut Zoya, yaitu:
1. Sulit mengelola perasaan
Risiko pertama bagi para pelaku FWB, kata Zoya, yaitu kesulitan mengelola perasaan.
Ia menyarankan, mereka yang terlibat dalam hubungan FWB agar tidak melarang teman kencannya untuk mengembangkan perasaan cinta.
Pasalnya, tidak ada satu pun yang dapat mengantisipasi kapan dan bagaimana cinta itu datang.
Tidak hanya teman dekat atau pasangan FWB, terkadang kita juga dapat mengembangkan perasaan romantis dengan seseorang yang mungkin selama ini merupakan “musuh bebuyutan” kita, catat Zoya.
Oleh karena itu, akan lebih baik jika kita menjelaskan niat melakukan hubungan FWB sejak awal kepada teman kencan.
Juga, tidak menutup kemungkinan apabila perasaan romantis berkembang seiring hubungan FWB berjalan.
Ketika itu terjadi, kita membutuhkan waktu untuk menentukan sikap kepada teman kencan kita.
2. Risiko infeksi menular seksual dan hamil di luar nikah lebih tinggi
Disampaikan Zoya, risiko pelaku FWB untuk mengalami infeksi menular seksual menjadi lebih tinggi daripada mereka yang tidak menjalani hubungan ini.
Di samping infeksi menular seksual, dan penyakit HIV/AIDS, hubungan FWB juga rentan akan kehamilan di luar nikah.
Rasa saling percaya dalam hubungan FWB –kata Zoya– merupakan hal yang konyol, karena mereka tidak mempertimbangkan risiko yang timbul.
Berdasarkan fakta yang dia temukan di lapangan, sekitar 7-8 dari 10 pasien dengan infeksi menular seksual adalah pasien yang menerapkan hubungan FWB.
Maka, Zoya menganjurkan baik kepada pelaku FWB –maupun mereka yang terlibat dalam hubungan berkomitmen– untuk rutin memeriksakan kesehatan seksual, serta menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim.
3. Merusak hubungan pertemanan
Hubungan FWB biasanya dilakukan oleh dua orang yang baru saling mengenal dan belum memiliki kedekatan.
Zoya menyebut, rata-rata orang yang sudah berteman lama enggan mencoba FWB. Mereka lebih memilih untuk menjaga pertemanan mereka, atau justru benar-benar berkencan.
Namun Zoya menemukan kasus di mana dua orang yang sudah lama mengenal memutuskan untuk mencoba hubungan FWB.
Alhasil, hubungan pertemanan menjadi canggung. Apalagi, kedua pelaku FWB tersebut sama-sama memiliki kekasih di luar hubungan mereka.
“Pada akhirnya kedua orang ini sudah menikah dengan orang lain pilihan mereka. Pertemanan mereka pun rusak dan tidak dapat diperbaiki,” tutur Zoya.
Jika sedari awal kita ingin mencari komitmen serius, Zoya berpesan agar tidak mencoba memulai hubungan FWB. Sebab kata dia, hubungan FWB sulit berhasil.