Ahli Temukan Fakta Baru Mengenai Penyebab Kepunahan Mammoth

MALE INSPIRE.id – Para ahli kimia dan zoologi menemukan fakta baru terkait salah satu penyebab kepunahan mammoth.

Peneliti meyakini, raksasa berbulu itu punah akibat mengalami alergi hingga hidung tersumbat. Temuan ini dimuat dalam jurnal Earth History and Biodiversity pada 2024.

Hasil studi mencatat, alergi pada mammoth dipicu oleh serbuk sari. Kondisi itu menyebabkan hidung mammoth tersumbat hingga kehilangan fungsi penciumannya.

Baca juga: 4 Hewan Purba yang Mampu Bertahan Hidup Melalui Kepunahan

Akibatnya, selama musim kawin mereka tidak bisa saling mengendus untuk mengidentifikasi lawan jenis.

Menurut para peneliti, hal ini kemungkinan memengaruhi penurunan populasi secara drastis hingga mengakibatkan kepunahan.

“Kami menemukan bukti alergi pada sampel mammoth dan kemungkinan besar mereka punah karena alergi yang dipicu serbuk sari selama musim kawin,” jelas penulis utama studi, Gleb Zilberstein, dilansir The Telegraph.

“Mereka tidak bisa menemukan satu sama lain untuk bereproduksi.”

Selain berfungsi untuk menemukan pasangan, indera penciuman pada hewan biasanya juga digunakan sebagai penunjuk arah selama migrasi dan menghindari predator.

Dengan kondisi pernapasan mammoth yang sesak karena hidung tersumbat, peneliti semakin meyakini faktor ini menjadi salah satu penyebab kepunahan hewan itu.

Baca juga: Kenapa Serigala Sulit Dijadikan Hewan Peliharaan?

Mulai punah sekitar 10.000 tahun lalu

Mammoth berbulu (Mammuthus primigenius) hidup selama zaman Pleistoses pada 2,6 juta hingga 11.700 tahun yang lalu di beberapa bagian Amerika Utara, Asia, dan Eropa bagian utara.

Keberadaan mammoth mulai menghilang di sebagian besar wilayah jelajahnya sekitar 10.000 tahun lalu.

Sebuah catatan sejarah menemukan bahwa mammoth sempat bertahan hingga 4.000 tahun lalu di Pulau Wrangel, bagian timur laut Rusia.

Menurut studi yang meneliti kepunahan mammoth sebelumnya, kerabat gajah ini kemungkinan besar mati karena perubahan iklim, perburuan manusia, perkawinan sedarah, dan perubahan pada vegetasi.

Namun, terdapat perdebatan mengenai seberapa besar kontribusi masing-masing faktor tersebut terhadap kepunahan mammoth.

Teori baru yang ditemukan peneliti

Para peneliti mencoba melakukan studi lebih lanjut untuk mempelajari makhluk purba tersebut.

Mereka memperoleh dan mempelajari beberapa sampel jaringan dari empat fosil bangkai mammoth beku yang ditemukan di Siberia pada 2021.

Studi itu menggunakan teknologi terbaru untuk mengekstrak dan menganalisis imunoglobulin, zat kimia yang dibuat oleh sistem imun sebagai respons terhadap benda asing atau juga disebut antibodi.

Hasilnya, para peneliti menemukan adanya antibodi sekaligus bukti serbuk sari yang mungkin tercampur dengan udara saat dihirup oleh mammoth.

“Ini adalah studi pertama yang menemukan fragmen imunoglobulin pada spesimen berusia puluhan ribu tahun,” tutur Zilberstein.

“Fragmen protein tanaman yang sangat alergenik dan serbuk sarinya ditemukan dalam sisa-sisa ini.”

Baca juga: Ingin Memelihara Tarantula? Jawab Dulu 5 Pertanyaan ini

Menuai kritik

Vincent Lynch, ahli biologi dari University at Buffalo, New York, AS mengaku tidak yakin bahwa alergi hingga hidung tersumbat berperan besar pada kematian mammoth.

“Gagasan ini sepertinya cukup jauh dan saya tidak yakin bagaimana mereka bisa membuktikannya,” papar Lynch, dikutip laman Live Science.

Sampel DNA memang menunjukkan bahwa mammoth berbulu terakhir kehilangan kemampuan penciumannya terhadap bau tanaman tertentu, lanjut Lynch.

Namun, genom pada seekor mammoth dari Pulau Wrangel menunjukkan adanya mutasi gen yang memicu hilangnya kemampuan mendeteksi aroma bunga.

Lynch mengatakan, temuan itu perlu diuji secara eksperimental dan didukung oleh studi lebih lanjut.

Ia masih meyakini faktor lingkungan dan manusia yang menjadi penyebab mammoth punah.