MALE INSPIRE.id – Penggunaan es batu untuk mengobati cedera pada otot atau sendi setelah berolahraga menjadi metode pengobatan yang sering dianjurkan dokter, fisioterapis hingga terapis atletik.
Meski demikian, bukti terbaru menunjukkan bahwa es batu tak selamanya baik untuk mengobati cedera.
Seperti dilansir Montreal Gazette, hasil sejumlah studi menemukan praktik kompres dingin menggunakan es batu perlu diubah, dan penerapan es batu pada otot yang lelah dan bekerja berlebihan bisa berisiko negatif.
“Ada tren yang berkembang di seluruh literatur yang merekomendasikan untuk tidak mengompres cedera dengan es batu agar tidak menghambat regenerasi atau respons penyembuhan alami yang terjadi setelah cedera atau latihan.”
Demikian keterangan peneliti Susan Kwiecien dan Malachy McHugh, dalam sebuah artikel yang dimuat di European Journal of Applied Physiology.
Dalam hal peningkatan kekuatan dan ukuran otot, kerusakan mikro dari aktivitas fisik yang intens –diikuti oleh periode pemulihan– merupakan bagian dari proses pembentukan kembali otot.
Jika kita menghalangi proses itu dengan es batu, maka peningkatan kekuatan otot tidak bisa dilakukan secara maksimal.
Hal serupa berlaku untuk mengobati cedera. Terlalu banyak mengompres cedera dengan es dapat menunda atau menghambat penyembuhan.
Banyak studi tentang penggunaan es batu untuk mengatasi cedera didasarkan pada percobaan terhadap hewan yang dilakukan di laboratorium, bukan manusia.
“Sangat tidak mungkin bahwa tingkat pendinginan intramuskular yang dicapai dari aplikasi es selama 20 menit pada hewan pengerat akan dicapai pada manusia,” kata para peneliti.
Kwiecien dan McHugh, peneliti di Nicholas Institute of Sports Medicine and Athletic Trauma di New York, meninjau beberapa studi dan merekomendasikan praktik penggunaan es yang tepat setelah berolahraga atau cedera.
Salah satu temuan mereka ketika membandingkan sains yang tersedia dengan praktik saat ini adalah bahwa pendinginan lebih penting daripada mengurangi aliran darah ke jaringan yang terkena cedera.
Itu berarti tujuannya adalah menurunkan suhu otot yang terkena atau jaringan yang cedera di bawahnya, bukan hanya kulit.
Karena olahraga cenderung menyebabkan suhu otot meningkat, perawatan pasca-latihan mungkin menuntut strategi pendinginan yang lebih agresif daripada pengompresan es setelah cedera.
“Dokter, praktisi, dan atlet sering gagal memahami bahwa besarnya perubahan suhu jaringan sangat bervariasi di berbagai lapisan jaringan seperti kulit, lemak, otot superfisial dan otot dalam,” ujar peneliti.
“Kulit dan jaringan superfisial mencapai suhu yang jauh lebih rendah daripada otot dalam selama aplikasi cryotherapy (es).”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.