
MALEINSPIRE.id – Matcha saat ini digemari oleh banyak kalangan dan seakan jadi menu wajib di kafe-kafe modern.
Matcha tersaji dalam sajian panas maupun dingin dengan es.
Teh bubuk tersebut memiliki rasa yang khas, dengan sedikit rasa kacang dan berumput, serta sedikit sentuhan pahit.
Dikutip dari Britannica, matcha berasal dari kata Jepang “matsu” yang berarti menggosok, memulaskan, dan melukis, serta”cha” yang berarti teh.
Matcha mengandung lebih banyak kafein daripada teh hijau lainnya. Dikonsumsi dalam jumlah sedang, matcha yang mengandung antioksidan tinggi bisa menyehatkan tubuh dengan sifat antikankernya.
Matcha juga dianggap dapat meredakan stres dan kecemasan. Kemudian katekinnya diketahui dapat membantu mengurangi tekanan darah dan kolesterol makanan.
Matcha bukan minuman yang baru lahir. Merunut sejarahnya, matcha sudah ada sejak zaman samurai Jepang.
Lantas, bagaimana sejarah matcha tersebut?
Berakar dari teh China
Asal-usul matcha dapat ditelusuri hingga ke Dinasti Tang di China. Dinasti Tang berlangsung dari abad ke-7 hingga ke-10.
Dilansir Matchaful, orang-orang Dinasti Tang mengukus daun teh untuk dibentuk menjadi seperti batu bata.
Teh berbentuk batu bata ini dibuat dengan cara memanggang dan menumbuk daunnya, lalu mencampur bubuk teh yang dihasilkan dengan air dan garam.
Dengan begitu, hasil panen teh yang mereka dapatkan bisa lebih mudah diangkut dan kemudian diperdagangkan.
Kemudian, kekuasaan besar di China diambil alih oleh Dinasti Song mulai tahun 960 sampai dengan 1279 Masehi.
Saat itu, batu-bata teh dibentuk menjadi potongan-potongan kecil yang dikenal sebagai “kue teh”.
Kue teh tersebut kemudian dicampurkan ke dalam air panas untuk dijadikan minuman teh panas.
“Kue teh ini dibuat dengan mengukus daun teh segar, demi menjaga kesegaran dan warnanya tetap utuh,” kata peneliti sejarah Jepang, Divoyshree Menon dikutip Gulf News.
“Lumpur atau pasta dibentuk dengan mengeringkan daun kukus, menggilingnya menjadi bubuk, dan dicetak menjadi kue,” sambungnya.
Setelah itu, kue-kue tersebut kemudian dijemur di bawah sinar Matahari hingga mengeras, lalu dipanggang.
Dikembangkan para biksu Zen
Di masa yang sama, para biksu Zen dari Jepang datang ke China. Sepulangnya dari China, mereka membawa kue teh bersama dengan bibit tanamannya.
Dengan begitu, mereka bisa menanam teh di negara asalnya. Para biksu Zen pun memulai tradisi minum teh mereka sendiri.
Di Jepang, mereka perlahan-lahan mengembangkan sistem dan proses untuk membudidayakan serta menyiapkan teh bubuk ini.
Lambat laun, teh ini menjadi minuman yang paling berharga di Jepang. Minuman ini hanya disediakan untuk digunakan dalam upacara minum teh tradisional Jepang.
Upacara minum teh Jepang atau yang disebut Sado, menjadi populer karena digunakan oleh bangsawan dan kelas atas Jepang.
Para biksu di jepang kemudian mengembangkan upacara minum teh ini selama abad ke-15 dan didasarkan pada empat prinsip panduan.
Empat prinsip dalam upacara minum teh tersebut adalah harmoni, kemurnian, ketenangan, dan rasa hormat.
Jadi minuman para samurai
Sementara teh lain populer dan terus menjadi terkenal, teh matcha hanya dibudidayakan di Jepang.
Matcha ini dibudidayakan menggunakan metode pertanian, pengambilan, dan penggilingan tradisional Jepang.
Seorang bernama Sen no Rikyu dianggap sebagai figur yang menyempurnakan upacara minum teh dan memasukkannya ke dalam budaya samurai.
Meskipun Rikyu sendiri bukanlah seorang samurai, ajarannya berperan penting dalam membuat matcha meresap ke dalam budaya samurai.
Filosofi yang terinspirasi dari para biksu Zen pada upacara minum teh mendorong para pejuang untuk menggabungkan momen-momen ketenangan dan fokus.
Hal tersebut yang pada gilirannya mendukung kesiapan mental dan fisik para samurai sebelum berperang.
Bagi para samurai, konsumsi matcha bukan hanya sekedar minuman yang menenangkan. Ini adalah sarana untuk memfokuskan pikiran mereka dan menenangkan jiwa.
Sifat matcha yang penuh energi namun menenangkan dipandang sebagai cara yang ideal untuk mempertajam pikiran dan menjaga kejernihan mental di tengah-tengah pertempuran.
Perkembangan matcha
Matcha bertahan dari abad ke abad, dan menyeberang lautan dari Jepang ke seluruh dunia. Pasar matcha berkembang melampaui olahan tradisional.
Dengan inovasi rasa makin bervariasi, seperti vanila, cokelat, dan sari buah, kini matcha lebih mudah dinikmati oleh berbagai selera.
Selain diolah jadi minuman, antioksidan kuat dari matcha kerap ditemukan pada produk perawatan kulit, yang dapat memberikan manfaat seperti mengurangi jerawat, mencerahkan kulit, dan memperlambat tanda-tanda penuaan.
Kini berbagai produk makanan dan minuman berbasis matcha semakin merajai pasar, mulai dari produk instan di toko online hingga jadi sajian wajib di kafe-kafe.