MALEINSPIRE.id – Musim hujan sering kali diidentikkan dengan suasana sejuk, mendung, dan kenyamanan yang mendorong konsumsi minuman hangat.
Namun, di balik suasana dingin yang menenangkan ini, tersimpan risiko kesehatan yang sering terabaikan: dehidrasi.
Anggapan umum bahwa dehidrasi hanya terjadi saat cuaca panas terik atau setelah aktivitas fisik berat adalah sebuah kekeliruan.
Baca juga: Kenapa Alkohol Membuat Perut Buncit? Ini Alasannya
Tubuh manusia tetap kehilangan cairan secara konstan, bahkan ketika suhu udara sedang rendah.
Memahami mekanisme tubuh di tengah suhu rendah sangat penting untuk menjaga fungsi optimal dan sistem kekebalan tubuh.
Dehidrasi di musim hujan: penurunan sinyal haus dan diuresis dingin

Ada dua alasan utama mengapa risiko dehidrasi meningkat saat musim hujan atau cuaca dingin:
Sensitivitas rasa haus menurun
Suhu dingin atau sejuk memicu pembuluh darah di dekat permukaan kulit menyempit (vasokonstriksi) sebagai upaya alami tubuh untuk mempertahankan panas inti.
Proses ini dapat mengurangi sinyal yang dikirim ke otak untuk memicu rasa haus, yang membuat kita secara naluriah cenderung minum lebih sedikit.
Diuresis dingin
Saat tubuh terpapar suhu dingin di musim hujan, terjadi respons fisiologis yang disebut diuresis dingin.
Tubuh meningkatkan produksi urine untuk mengurangi volume darah di permukaan kulit dan mengonsentrasikan panas ke organ vital.
Peningkatan frekuensi buang air kecil ini, jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang memadai, akan mempercepat kondisi dehidrasi.
Baca juga: 5 Cara Efektif Menghindari Kantuk Setelah Makan agar Tetap Fokus dan Produktif
Tanda-Tanda dehidrasi yang terselubung

Karena rasa haus tidak dapat diandalkan sebagai indikator kuat, penting untuk mengenali tanda-tanda dehidrasi lain yang sering disalahartikan:
- Sakit kepala ringan: sering dianggap sebagai gejala masuk angin atau kelelahan. Ini bisa menjadi sinyal bahwa otak kekurangan cairan yang memadai.
- Warna urine gelap: ini adalah indikator paling jelas. Urine berwarna kuning pekat atau gelap menunjukkan bahwa tubuh sedang menghemat air, yang berarti hidrasi tidak optimal.
- Kelelahan dan lesu: rasa malas, lemas, atau kesulitan berkonsentrasi adalah tanda awal fungsi metabolisme tubuh mulai melambat akibat kekurangan cairan.
- Kulit kering dan bibir pecah-pecah: meskipun kelembapan udara mungkin tinggi, kekurangan cairan internal tetap menjadi penyebab utama kekeringan pada kulit dan membran mukosa, seperti bibir.
Baca juga: 5 Alasan Tubuh Sering Merasa Lapar Meski Baru Saja Makan
Strategi efektif untuk mempertahankan hidrasi optimal
Untuk mencegah dehidrasi di musim hujan, beberapa langkah sederhana dapat diterapkan secara konsisten:
- Minum sesuai jadwal: tetapkan kebiasaan minum segelas air (atau minuman lain) setiap 1 hingga 2 jam, tanpa harus menunggu munculnya rasa haus.
- Manfaatkan minuman hangat: karena cuaca dingin, ganti sebagian porsi air putih dengan minuman hangat yang bersifat non-kafein, seperti teh herbal tawar, air jahe, atau kaldu bening.
- Konsumsi makanan kaya air: masukkan buah-buahan dan sayuran yang memiliki kandungan air tinggi ke dalam diet harian Anda, seperti semangka, mentimun, jeruk, atau sup hangat.
- Batasi asupan kafein: perlu diingat bahwa minuman berkafein seperti kopi dan teh bersifat diuretik, yang berarti berpotensi meningkatkan pengeluaran cairan tubuh. Konsumsilah secara moderat dan imbangi dengan air putih.
Dehidrasi, sekecil apa pun tingkatnya, dapat mengganggu fungsi kognitif, menurunkan sistem kekebalan tubuh, dan membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit.
Di musim hujan, di mana penyakit menular seperti flu dan batuk mudah menyebar, menjaga hidrasi adalah kunci utama untuk mempertahankan daya tahan tubuh yang optimal.