MALE INSPIRE.id – Tom Morello, gitaris band Rage Against the Machine kembali aktif di X (dulu Twitter) untuk meluruskan kesalahpahaman tentang musik dan pandangan politiknya.
Seperti dilansir laman Loudwire, Morello membagikan kisah tentang salah satu interaksinya dengan penggemar yang salah menafsirkan makna dari lagu klasik mereka, “Killing in the Name.”
Lagu Killing in the Name, yang dikenal sebagai lagu protes, seringkali disalahartikan oleh pendengar yang tidak memahami maksud sebenarnya di balik liriknya.
Baca juga: Gibson Buat Gitar Khusus Edisi Terbatas dari Jimmy Page
Morello mengatakan lagu tersebut bukan hanya tentang kemarahan pribadi, tetapi lebih pada kritik terhadap polisi rasis yang ia anggap melayani sistem supremasi kulit putih di Amerika Serikat (AS).
Morello menjelaskan bahwa tema utama lagu tersebut menentang ketidakadilan dan rasisme dalam masyarakat.
Baca juga: Paul Stanley Ungkap Proyek Film Dokumenter Perpisahan Kiss
Dalam ceritanya, Morello mengaku bertemu dengan penggemar yang menyatakan bahwa lagu tersebut membantunya melawan orangtuanya dan belakangan menolak vaksin Covid-19.
Menanggapi itu, ia merasa perlu menjelaskan bahwa Killing in the Name sebenarnya adalah kritik terhadap kepolisian rasis dan kapitalisme, bukan sekadar pemberontakan personal.
Baca juga: The Doors Rilis Koleksi Vinyl Terbatas, Rayakan Ultah ke-60
Morello memang tidak asing dengan kritik. Pada 2022, ia pernah menyatakan bahwa penggemar yang merasa “tersinggung” dengan pandangan politiknya mungkin belum cukup memahami makna sebenarnya dari musiknya.
Menurut dia, lagu-lagu dari Rage Against the Machine tidak ditulis untuk mendukung supremasi kulit putih, melainkan melawan supremasi tersebut.