Studi Ungkap IQ Mempengaruhi Kemampuan Mendengar di Tengah Kebisingan

kemampuan mendengar

MALEINSPIRE.id – Di lingkungan yang ramai, seperti kafe yang dipenuhi suara musik dan obrolan, kemampuan mendengar beberapa orang kerap terganggu saat berusaha menangkap ucapan lawan bicara meskipun telinga mereka dalam kondisi normal.

Selama ini, kondisi tersebut sering kali secara keliru diasosiasikan dengan gangguan pendengaran.

Namun, sebuah studi terbaru telah mengungkap penjelasan yang jauh lebih kompleks dan berakar pada fungsi kognitif, ketimbang berpusat pada kemampuan mendengar semata.

Baca juga: Peran Penting Ayah dalam Pillow Talk: Bangun Kedekatan dan Ketangguhan Emosional Anak

Menurut studi yang diterbitkan oleh Plos One pada tahun 2025, kemampuan mendengar seseorang –seperti memilah dan memahami ucapan di tengah kebisingan (speech perception in noise)– ternyata dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa dua individu dengan kemampuan mendengar yang normal dapat memiliki pengalaman auditori yang sangat berbeda, tergantung pada kapasitas kognitif mereka.

Kemampuan mendengar bergantung pada IQ, filter utama kebisingan otak

kemampuan mendengar

Dilansir dari Science Alert, para ilmuwan melibatkan tiga kelompok partisipan dalam penelitian ini: 12 individu dengan autisme, 10 dengan sindrom alkohol janin, dan 27 peserta neurotipikal sebagai kelompok kontrol.

Sebelum menjalani serangkaian tes, seluruh partisipan dipastikan memiliki kemampuan mendengar yang normal.

Mereka dihadapkan pada tantangan yang dikenal sebagai “masalah pesta koktail” (cocktail party problem), yaitu tugas klasik yang digunakan untuk mengukur kemampuan otak dalam menyaring suara yang relevan.

Peserta diminta mendengarkan satu pembicara utama, sementara dua suara lain berbicara bersamaan di latar belakang. Saat volume suara latar semakin keras, peserta harus tetap mampu memahami instruksi dari pembicara utama.

Baca juga: Kenapa Orang Cerdas Seringkali Gagal Fokus di Tempat Kerja?

Hasilnya menunjukkan pola korelasi yang jelas dan konsisten: semakin rendah kemampuan kognitif partisipan, semakin sulit mereka menangkap ucapan di tengah kebisingan, terlepas dari diagnosis kelompok mereka.

“Hubungan antara kemampuan kognitif dan kinerja persepsi bicara melampaui kategori diagnostik. Temuan itu konsisten di ketiga kelompok,” ujar peneliti utama, Bonnie Lau.

Temuan ini secara definitif membantah anggapan bahwa kesulitan mendengar di tempat ramai selalu merupakan tanda gangguan pada telinga.

“Anda tidak harus mengalami gangguan pendengaran untuk kesulitan mendengarkan di restoran atau situasi dunia nyata yang menantang lainnya,” tambah Lau.

Korelasi kuat antara IQ dan ambang persepsi bicara

kemampuan mendengar

Dalam studi lanjutan, peserta tidak hanya menjalani tes mendengarkan standar, tetapi juga mendengarkan kalimat kode warna dan angka melalui headphone (misalnya, “ready, eagle, go to green five now”).

Pada saat yang sama, dua suara lain berbicara dengan volume yang terus dinaikkan. Peserta harus mengidentifikasi instruksi pembicara utama di layar komputer.

Setelah itu, peserta mengikuti tes IQ singkat yang menilai kemampuan verbal, nonverbal, dan penalaran perseptual.

Ketika kedua hasil tersebut dicocokkan, para ilmuwan menemukan korelasi yang sangat kuat: orang dengan IQ lebih tinggi memiliki kemampuan menyaring suara yang lebih baik dan menunjukkan performa yang jauh lebih stabil di lingkungan bising.

Baca juga: Pentingnya Kecerdasan Emosional dalam Menghadapi Stres di Tempat Kerja

“Kemampuan intelektual berkorelasi signifikan dengan ambang persepsi bicara di ketiga kelompok,” tulis tim peneliti dalam laporan yang dikutip dari Neuroscience News.

Lau menjelaskan bahwa menangkap percakapan di keramaian adalah tugas kognitif yang kompleks.

Otak harus melakukan multitasking yang melibatkan: memisahkan aliran suara, memusatkan perhatian pada pembicara utama, menekan kebisingan yang tidak relevan, memahami kata demi kata, dan sekaligus memproses isyarat sosial.

Seluruh proses ini membutuhkan kapasitas kognitif yang besar.

Studi ini menyimpulkan satu hal penting: kemampuan mendengar bukan hanya soal fungsi telinga, tetapi secara fundamental berkorelasi dengan kemampuan pemrosesan otak.