MALEINSPIRE.id – Setiap individu pasti menghadapi masa-masa sulit, stres, atau menyakitkan dalam hidup dan mengalami depresi situasional. Apa itu?
Respons emosional yang kuat terhadap peristiwa pemicu (seperti kehilangan, bencana alam, atau diagnosis medis) dapat menimbulkan depresi situasional.
Profesional kesehatan mental menyebutnya sebagai gangguan penyesuaian dengan suasana hati tertekan (adjustment disorder with depressed mood).
Menurut psikolog klinis Dr Dawn Potter, depresi situasional bukanlah diagnosis medis formal, tetapi ini menggambarkan reaksi emosional yang lebih besar dari yang diperkirakan terhadap sebuah stresor, yang kemudian memengaruhi kesejahteraan umum seseorang.
Ciri khas depresi situasional
-
Bukan Sekadar Duka Biasa: Depresi situasional melampaui kesedihan atau duka yang normal setelah kehilangan, ditandai dengan reaksi yang lebih intens.
-
Beda dari Depresi Klinis: Depresi situasional muncul dalam waktu tiga bulan setelah peristiwa pemicu dan biasanya membaik dalam beberapa minggu atau seiring berjalannya waktu. Sementara itu, depresi klinis (Major Depression) tidak selalu terpicu oleh peristiwa spesifik. Jika depresi situasional tidak ditangani, ia berisiko berkembang menjadi depresi klinis.
Penyebab dan faktor pemicu

Segala peristiwa besar atau stres dalam hidup dapat memicu gangguan penyesuaian, termasuk:
-
Kematian orang terkasih atau hewan peliharaan
-
Kehilangan atau memulai pekerjaan baru
-
Perceraian atau perpisahan romantis
-
Diagnosis medis yang mengkhawatirkan
-
Pengalaman traumatis (kecelakaan, kejahatan, bencana alam)
-
Bahkan perubahan yang tampak positif seperti pensiun atau memiliki bayi.
Pemicunya juga bisa berupa akumulasi stres harian. Namun, respons setiap individu bersifat pribadi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sistem dukungan, ketahanan (resiliency), pengalaman hidup, dan genetika.
Gejala utama
Meskipun bervariasi, gejala depresi situasional meliputi:
-
Kesedihan, duka, atau keputusasaan
-
Kekhawatiran atau ketakutan yang konstan
-
Perubahan suasana hati (kemarahan, mudah tersinggung)
-
Gangguan tidur atau fokus
-
Perubahan nafsu makan
-
Kehilangan minat pada aktivitas normal
-
Perilaku impulsif (misalnya, minum berlebihan)
-
Dampak fisik (sakit kepala, sakit perut, ketegangan otot)
Potter menekankan bahwa yang membedakan gejala ini dari kesedihan biasa adalah tingkat keparahan, durasi, dan dampaknya terhadap kesejahteraan secara keseluruhan.
Strategi mengelola depresi situasional
Untuk membantu mengatasi dan mencegah emosi yang berkepanjangan, Potter menyarankan beberapa perubahan gaya hidup yang disengaja:
-
Pola Hidup Sehat: Konsumsi makanan seimbang, prioritaskan tidur dengan menjaga jadwal yang konsisten, dan rutin bergerak atau berolahraga ringan untuk memicu hormon bahagia (endorphin).
-
Menghabiskan Waktu di Alam: Berada di luar ruangan dapat memberikan perasaan lebih santai dan segar.
-
Mencatat Pikiran: Menuliskan apa pun yang ada di pikiran (tanpa khawatir tata bahasa atau logika) dapat menjadi katarsis yang membantu melepaskan beban emosi.
-
Meditasi dan Latihan Pernapasan: Mengulangi mantra positif selama 15 menit beberapa kali seminggu dapat membantu melawan pikiran negatif.
-
Menerima Perasaan: Luangkan waktu untuk merasakan dan mengakui emosi —sadari di mana kita merasakannya secara fisik (misalnya, dada terasa berat). Ini membantu kita menghormati dan mengelola perasaan tersebut.
Jika depresi situasional berlangsung selama beberapa minggu tanpa ada perbaikan, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Dengan dukungan yang tepat, penyembuhan dari masa-masa sulit dalam hidup adalah mungkin.