
MALEINSPIRE.id – Gas air mata kerap digunakan aparat sebagai upaya membubarkan massa dalam situasi demonstrasi yang ricuh, seperti demo yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sepanjang akhir Agustus 2025.
Namun, paparan zat kimia dari gas air mata bisa menimbulkan efek yang cukup mengganggu bagi kesehatan.
Lantas, apa yang terjadi jika seseorang terkena gas air mata, dan bagaimana cara mengatasinya?
Dampak gas air mata
DIlansir dari berbagai sumber, gas air mata atau riot control agents mengandung senyawa kimia yang dapat memicu iritasi pada mata, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan kulit.
Efek paparan biasanya muncul dalam hitungan detik setelah seseorang terkontaminasi.
Gejala yang umum dirasakan antara lain:
- Mata merah, berair, terasa perih, bahkan pandangan menjadi kabur
- Sensasi terbakar pada hidung, mulut, kulit, dan tenggorokan
- Kesulitan bernapas hingga rasa sesak di dada
Efek ini umumnya bertahan 15–30 menit setelah korban menjauh dari sumber paparan dan membersihkan diri.
Seperti dikutip laman CDC, tingkat keparahan dampak gas air mata dipengaruhi dosis, lokasi paparan, serta lamanya kontak dengan zat kimia tersebut.
Cara mengurangi dampak paparan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah segera menjauh dari area terpapar menuju tempat dengan udara segar. Menghirup udara bersih dapat membantu mengurangi gejala lebih cepat.
Dr Wisnu Pramudito D. Pusponegoro, SpB, dari Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia, menyarankan untuk segera mencuci area tubuh yang terpapar, terutama mata.
Hal itu bertujuan agar zat kimia aktif segera luruh dan tidak menumpuk sehingga iritasi bisa diminimalkan.
“Kalau terasa pedih, jangan digaruk. Cukup cuci dengan air bersih yang mengalir. Jangan gunakan sabun, susu, atau bahan lain. Untuk mata, air mengalir adalah yang paling baik,” ujar dia.
Penanganan lanjutan
Jika gejala belum mereda, penanganan medis mungkin diperlukan. Pertolongan lanjutan biasanya meliputi pemberian oksigen tambahan untuk mempermudah pernapasan dan tindakan pencegahan luka bakar kimia.
Dalam beberapa kasus, obat asma seperti bronkodilator dan steroid dapat diberikan untuk membantu pasien bernapas lebih lega.
Gas air mata memang dirancang untuk sementara waktu melumpuhkan massa tanpa menimbulkan cedera permanen.
Namun, efeknya tetap bisa mengganggu bahkan berbahaya, terutama bagi individu dengan kondisi medis tertentu.
Oleh karena itu, langkah cepat menjauh dari sumber paparan dan segera membersihkan diri menjadi kunci penting dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan.