
MALEINSPIRE.id – Dalam dunia modern, ritme antara kencan dan pernikahan sering kali berjalan di dua arah yang berlawanan.
Jika kencan terasa santai dan penuh eksplorasi seperti jalan sore yang menyenangkan, maka pernikahan sering kali berubah menjadi perlombaan melawan waktu —khususnya bagi mereka yang sudah mendekati usia 30 tahun.
Fenomena ini tergambar jelas dari pria bernama Rishabh Chauhan. Ia adalah manajer kategori asal Gurugram, India, yang membagikan pengalaman uniknya lewat sebuah unggahan di Instagram pada 22 September 2025.
Dalam videonya, Rishabh menceritakan pertemuan pertamanya dengan seorang wanita dari aplikasi perjodohan yang langsung menyinggung soal pertunangan hanya 15 menit setelah pertemuan dimulai.
Rishabh mengaku terkejut ketika wanita itu berkata, “Saya ingin segera menentukan tanggal pertunangan.”
Wanita tersebut bahkan mengaku ingin melangsungkan acara pertunangan dalam waktu sembilan hari, dengan alasan pembicaraan lebih lanjut akan dilakukan setelah resmi bertunangan.
Menurut Rishabh, hal itu terasa tidak masuk akal, mengingat mereka baru berbincang dua hingga tiga kali via daring sebelum bertemu langsung.
“Dia bahkan belum benar-benar tahu nama lengkap saya,” kata Rishabh.
Ketika ditanya alasan di balik desakan itu, sang wanita menjawab dengan jujur, “Saya akan berusia 30 tahun bulan ini, dan saya ingin punya pasangan sebelum umur saya bertambah, karena tekanan dari keluarga besar.”
Jawaban ini menyoroti fenomena tekanan sosial yang masih kuat dalam budaya pernikahan, khususnya di India.
Banyak individu di usia akhir 20-an merasa terbebani oleh ekspektasi untuk segera menikah sebelum melewati angka 30 —usia yang sering dianggap sebagai “batas waktu” untuk stabil dalam hidup.
Rishabh juga menyoroti ironi dari tekanan ini.
“Keluarga sering mendorong untuk menikah cepat, tapi tidak memikirkan risiko setelahnya. Jika pernikahan itu gagal, apakah mereka juga akan bertanggung jawab?” katanya.
Kisah ini membuka refleksi tentang ketidakseimbangan antara tuntutan sosial dan realitas hubungan.
Pernikahan seharusnya lahir dari kedekatan emosional dan saling pengertian, bukan dari perlombaan melawan waktu atau tuntutan lingkungan.