
MALEINSPIRE.id – Pernah merasa jenuh di kantor, ingin resign tapi tetap bertahan karena takut tak dapat pekerjaan baru?
Jika ya, kamu mungkin termasuk dalam fenomena job hugger —kondisi ketika seseorang memilih bertahan di pekerjaan yang sudah tidak menyenangkan karena khawatir masa depan kariernya tidak pasti.
Rasa takut ini wajar di tengah ketatnya persaingan kerja.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per Juli 2025, tercatat 42.385 pekerja terkena PHK hanya dalam enam bulan pertama tahun tersebut —meningkat 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka ini menunjukkan bahwa banyak orang lebih memilih bertahan demi rasa aman daripada mengambil risiko menganggur.
Fenomena serupa juga terlihat secara global.
Laporan Investopedia 2025 mencatat tingkat pengunduran diri karyawan di Amerika Serikat turun ke level terendah dalam satu dekade, menandakan banyak pekerja enggan meninggalkan zona nyaman mereka.
Penyebab utama job hugger
- Pasar kerja yang lesu – Banyak perusahaan menerapkan hiring freeze, membuat peluang kerja baru semakin terbatas.
- Peran teknologi dan AI – Otomatisasi memang meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi kebutuhan tenaga kerja di sejumlah sektor.
- Ketakutan gagal setelah resign – Maraknya PHK menambah kecemasan tidak segera mendapatkan pekerjaan baru.
- Tidak ada jaminan kenaikan gaji – Riset Glassdoor Worklife Trends 2025 menunjukkan pindah kerja tak selalu menjamin peningkatan penghasilan.
Risiko yang sering diabaikan
Bertahan di pekerjaan yang tidak disukai mungkin terasa aman, tetapi burnout menjadi ancaman serius.
Stres kronis dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik, serta menghambat perkembangan karier. Akibatnya, kita bisa terjebak dalam stagnasi dan kehilangan kesempatan untuk berkembang.
Cara cerdas lepas dari kebiasaan job hugger
- Evaluasi diri – Kenali penyebab utama ketidaknyamanan: beban kerja, lingkungan, atau jalur karier.
- Siapkan rencana cadangan – Miliki dana darurat 3–6 bulan agar tenang saat masa transisi.
- Upgrade skill – Kuasai keahlian baru yang relevan dengan tren industri dan teknologi.
- Bangun jaringan profesional – Perluas koneksi melalui komunitas atau mentor untuk membuka peluang baru.
- Cari peluang secara bertahap – Mulailah melamar atau mencoba pekerjaan sampingan sebelum benar-benar resign.
Mengambil langkah keluar dari zona nyaman memang menakutkan, tetapi dengan perencanaan yang matang, kita bisa membangun karier yang lebih sehat, produktif, dan memuaskan.