
MALE INSPIRE.id – Sebuah kabar mengejutkan datang dari seorang pria berusia 71 tahun yang pergi ke unit gawat darurat di Verona, Italia. Ia mengeluhkan sesak napas.
Namun, tim dokter merasa heran setelah memeriksa pria tersebut: Pasien itu ternyata memiliki dua jantung.
Belakangan diketahui, pria yang identitasnya dirahasiakan itu sebenarnya lahir dengan satu jantung. Namun, jantung aslinya mengalami banyak masalah. Ia menderita tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan detak jantung tidak normal.
Pria itu didiagnosis dengan penyakit jantung langka yang disebut kardiomiopati dilatasi idiopatik. Ini adalah kondisi di mana ruang jantung membesar dan melemah, membuat jantung tidak dapat memompa darah dengan baik.
Pasien lantas dipasang alat pacu jantung. Namun kondisinya sudah pada tahap akhir sehingga dia segera membutuhkan jantung baru.
Jenis transplantasi langka
Singkat cerita, pria itu mendapatkan donor jantung yang cocok. Saat melakukan transplantasi organ, dokter bedah terkadang tidak membuang organ asli. Inilah yang terjadi pada si pria saat menjalani transplantasi jantung.
Dikenal sebagai transplantasi jantung heterotopik, prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan jantung donor ke dalam tubuh dan menghubungkan ruang dan pembuluh darahnya ke jantung yang sudah ada, yang pada dasarnya menciptakan jantung ganda.
Hal ini biasanya dilakukan ketika jantung donor tidak cukup kuat untuk berfungsi sendiri, atau ketika dua jantung memiliki ukuran berbeda.
“Prosedur ini dapat memberi kesempatan pada jantung asli pasien untuk pulih,” tulis peneliti dalam studi yang dimuat di jurnal Annals of Emergency Medicine.
“Jika jantung donor gagal karena terjadi penolakan, jantung tersebut dapat diangkat, sehingga jantung asli pasien bisa mulai bekerja lagi.”
Apa akibatnya jika dua jantung berhenti bekerja?
Sayang, kondisi pria tersebut semakin memburuk. Ada masalah pada kedua jantungnya saat diperiksa di UGD. Jantung pertama memiliki jenis irama yang tak teratur, sedangkan irama jantung pendonor lebih cepat dari biasanya.
Irama yang tidak teratur ini akhirnya memengaruhi jantung donor, hingga pasien kehilangan kesadaran, berhenti bernapas, dan kehilangan denyut nadi. Artinya, sudah saatnya mengeluarkan defibrilator.
Beruntung, 200 joule di dada berhasil mengembalikan detak jantung pria tersebut dengan ritme normal.
Saat pria itu sudah dalam kondisi baik untuk menjalani operasi, alat pacu jantungnya diganti dengan sejenis alat defibrilator implan yang disebut kardioverter.
Pada akhirnya, jantung si pria bisa kembali bekerja dan beraktivitas seperti biasa.