
MALEINSPIRE.id – Pulau Bali, sebagai salah satu destinasi wisata tersohor di Indonesia, telah lama memikat hati wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Pulau Dewata ini pula yang dipilih merek bir lokal, Multi Bintang Indonesia (Bir Bintang) sebagai destinasi untuk tur bertajuk “Legendary Tour” yang diadakan pada 24-26 Januari 2025 lalu.
Agenda utama tur tersebut adalah mengenalkan varian terbaru dari Bir Bintang, yakni Bintang Arak Jeruk & Madu.
Legendary Tour bersama Bir Bintang di Pulau Dewata
Maleinspire.id berkesempatan mengikuti Legendary Tour ke Bali, bersama sejumlah awak media terbang dari Jakarta pada Jumat (24/1/2025) sore.
Keesokan harinya, pada Sabtu (25/1/2025), rangkaian tur bersama Bir Bintang di Bali dihelat, yang terdiri dari:
Peluncuran Bir Bintang Arak Jeruk & Madu di Warung Made Seminyak
Legendary Tour awalnya dibuka dengan peresmian Bir Bintang Arak Jeruk & Madu yang bertempat di Warung Made Seminyak milik Ni Made Niluh.
Warung Made adalah rumah makan legendaris di Bali yang sudah berdiri sejak tahun 1960-an, dengan lokasi rumah makan pertama berada di kawasan Kuta.
Selain Warung Made, Bir Bintang juga melibatkan seniman Ida Bagus Ratu Antoni Putra atau lebih akrab disapa Monez untuk pembuatan mural, serta Balai Masyarakat Banjar Seminyak.
Keputusan Bir Bintang menggandeng ketiga pihak sebagai kolaborator tidak lepas dari peran mereka dalam menampilkan kekayaan tradisi di Bali.
Sebagai catatan, perilisan Bintang Arak Jeruk & Madu ini juga berdekatan dengan Hari Arak Bali yang diperingati setiap tanggal 29 Januari.
Menurut Jessica Setiawan, Marketing Director Multi Bintang Indonesia, hadirnya varian baru Bir Bintang merupakan bentuk apresiasi terhadap budaya lokal.
“Ini (Bintang Arak Jeruk & Madu) adalah inovasi baru yang memadukan rasa khas arak Bali, kesegaran buah jeruk, dan manisnya madu. Minuman ini dibuat untuk melengkapi momen kebersamaan masyarakat,” jelas Jessica di Warung Made Seminyak, Bali pada Sabtu (25/1/2025) pagi.
“Kami tidak hanya memperkenalkan varian baru, melainkan juga menghidupkan pengalaman yang menyatukan tradisi, inovasi, dan setiap momen tak terlupakan bagi mereka yang menikmatinya.”
Melihat karya mural Monez di Warung Made Kuta
Usai peresmian dan makan siang di Warung Made Seminyak, kami pun bergeser menuju Warung Made Kuta sekitar pukul 13.00 WITA.
Di sini, terdapat mural Bir Bintang Arak Jeruk & Madu hasil karya Monez di tembok sebelah kiri rumah makan.
Dari segi desain, Monez mengangkat tema yang ia anggap sangat mewakili kehidupan masyarakat Bali.
Menurutnya, dalam kehidupan sosial, masyarakat Bali sangat erat berkumpul bersama baik dalam hubungan adat-istiadat maupun keseharian.
“Saya dan Bir Bintang ingin mengangkat cerita-cerita khas Bali yang lekat dengan tradisi dan kebersamaan, seperti momen ketika orang-orang berkumpul bersama untuk berbagi cerita dan menikmati waktu,” terangnya.
“Elemen-elemen tersebut menggambarkan bagaimana Bali kaya akan budaya yang mencerminkan rasa kebersamaan.”
Ia berharap, hasil karyanya tidak hanya merepresentasikan budaya Bali, tetapi juga membawa semangat modernitas.
Dalam mural itu, Monez juga menyematkan ilustrasi Ni Made, pendiri dan pemilik Warung Made bersama sang suami di sisi kanan.
“Ini ilustrasi legendaris,” tambah pria lulusan ISI Denpasar itu.
Karya mural ini juga diberi frame buah jeruk dan madu, serta botol Bir Bintang besar di tengah-tengah.
Proses mural ini memakan waktu sekitar dua minggu untuk diselesaikan, karena detail yang rumit.
“Tantangannya itu ya detail yang banyak. Meski begitu, buat saya dan tim, ini adalah proses yang menyenangkan bagi kami,” kata Monez.
Untuk mural ini, Monez juga mencantumkan signature atau ciri khasnya, yaitu ilustrasi Barong Bali tradisional yang diberi sentuhan modern.
Mencicipi koktail eksklusif Bintang Made
Selesai menyaksikan mural, sebagian peserta mencicipi menu kolaborasi Bir Bintang x Warung Made, koktail Bima atau singkatan dari Bintang dan Made.
Koktail Bima memadukan cita rasa Bintang Arak Jeruk & madu dengan arak Bali khas Warung Made. Menu ini dibanderol seharga Rp 50.000, dan bisa dinikmati di semua Warung Made di Bali, kecuali di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
“Kami harap menu ini bisa dinikmati pengunjung untuk mengingat masa lalu yang penuh memori, masa kini yang penuh canda tawa, dan masa depan Bali yang cerah,” kata Ni Made Niluh.
Ogoh-ogoh buatan pemuda-pemudi Banjar Seminyak
Dari Warung Made Kuta, perjalanan awak media bersama tim Bir Bintang berakhir di Balai Masyarakat Banjar Seminyak pada Sabtu sore sekitar pukul 17.00 WITA.
Kami disambut oleh pemuda dan pemudi di sini. Juga, kami sempat menyaksikan karya seni ogoh-ogoh yang belum selesai dikerjakan.
Agung Gede, salah satu pemuda Banjar Seminyak yang terlibat dalam pengerjaan ogoh-ogoh itu menyebutkan, jika karya ini bakal dilombakan menjelang Tahun Baru Saka 1947 atau Hari Raya Nyepi pada 29 Maret mendatang.
“Untuk Tahun Baru Saka 1947, kita mengangkat tema untuk ogoh-ogoh ini jiwa dan darah. Kita membuat Kawah Candradimuka, nanti di dalam kawah itu akan ada kepala sapi dan darah,” tutur pria yang akrab disapa Gung De tersebut.
“Ada beberapa tokoh juga yang dibuat, termasuk Rakshasa dan Dewi Durga, istri dari Dewa Siwa. Ini lebih ke pertarungan, di mana Rakshasa memiliki sifat angkuh dan sombong karena kesaktiannya. Hanya Dewi Durga yang mampu membunuh Rakshasa tersebut.”
Pengerjaan ogoh-ogoh dengan tinggi 5,5 meter dan lebar 6 meter ini memakan waktu sekitar 3-4 bulan.
Nantinya, ogoh-ogoh tersebut akan diarak oleh sebanyak 30 orang semalam sebelum Hari Raya Nyepi, dan dibakar saat acara Ngembak Geni.
Berasal dari dua kata yaitu nggembak (terbuka atau bebas) dan geni (api yang bersifat panas), Ngembak Geni menandai waktu di mana umat Hindu di Bali bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala setelah Nyepi.
Hari Ngembak Geni juga diharapkan bisa melahirkan semangat baru setelah umat Hindu melakukan perenungan saat Nyepi, dan mencapai kehidupan yang lebih baik.dari tahun-tahun sebelumnya.
“Waktu Ngembak Geni, kita akan bakar ogoh-ogohnya, biasa di kuburan pas siang sampai sore hari. Ada juga yang bakar ogoh-ogoh di pantai, tapi kita pilih di kuburan karena tidak mau mengganggu wisatawan,” jelas Gung De.