MALEINSPIRE.id – Hari Natal di Italia hampir tak terpisahkan dari kehadiran panettone.
Roti manis bertekstur lembut ini bukan hanya sekadar hidangan penutup, melainkan simbol perayaan, kebersamaan, dan tradisi yang diwariskan lintas generasi.
Berasal dari Milan dan wilayah Italia utara, roti itu kini telah menjadi sajian Natal global dengan identitas klasiknya sebagai roti fermentasi dengan aroma khas dan proses pembuatan yang penuh ketelitian.
Roti ini dikenal sebagai hidangan penutup Natal paling ikonik dari Milan, dengan popularitas yang menyebar ke seluruh Italia.
Panettone klasik memiliki adonan bertekstur halus dan seragam, berwarna kuning cerah, dengan isian kismis sultana dan potongan buah kering manisan.
Saat dipotong, tercium aroma kuat perpaduan roti dan citrus yang menggugah selera (La Cucina Italiana).
Meskipun variasi modern kini banyak bermunculan (seperti krim atau cokelat), panettone autentik tetap dicirikan oleh teksturnya yang lembut, moist, dan ringan.
Sejarah panettone dan pengamanan keaslian resep

Meskipun sering disebut kue Natal, bagi masyarakat Italia, panettone adalah roti.
Catatan tertulis pertamanya ditemukan dalam kamus Italia-Milan pada tahun 1839, dan akarnya yang kuat di Lombardy dan Milan sudah ditegaskan dalam buku masak abad ke-19 (All Recipes, Nuovo cuoco milanese economico).
Tingginya nilai budaya panettone menjadikannya sumber kebanggaan nasional Italia.
Italia memproduksi lebih dari 7.100 ton panettone setiap tahun, dengan 10 persen diekspor ke luar negeri.
Untuk menjaga keasliannya, pada tahun 2005, roti ini secara resmi masuk dalam skema autentikasi di bawah hukum Italia.
Produksi massal dimulai pada awal abad ke-20 oleh pembuat roti Motta dan Alemagna, yang kemudian menyebarkan tradisi Natal ini ke seluruh penjuru Italia.
Proses pembuatan memakan tiga hari
Menurut Food Unfolded, panettone dibuat melalui proses panjang yang memakan waktu hingga tiga hari, menuntut ketelitian tinggi:
-
Hari Pertama: Dimulai dengan lievito madre (adonan induk) atau ragi alami yang “diberi makan” berulang kali untuk memperkuat ragi agar adonan dapat mengembang sempurna dan bertekstur ringan.
-
Hari Kedua: Adonan diperkaya dengan kuning telur dan mentega, kemudian diuleni untuk membentuk jaringan gluten yang kuat, sebelum ditambahkan buah manisan dan kismis. Adonan dibagi, dibentuk (pirlatura), dan dibiarkan mengembang semalaman di cetakannya.
-
Hari Ketiga: Adonan mencapai volume maksimal. Permukaannya disayat (scarpatura), diberi mentega, dan dipanggang pada suhu tinggi. Setelah matang, panettone didinginkan dalam posisi terbalik selama beberapa jam untuk mencegah adonan hancur.
Hasil akhirnya adalah roti dengan tekstur lembut dan struktur sempurna.
Cara konsumsi tradisional
Masyarakat Italia menikmati panettone sepanjang musim perayaan, bahkan sepanjang tahun.
Roti ini sering disantap sebagai sarapan ringan bersama espresso atau cappuccino.
Sebagai hidangan penutup, roti khas Hari Natal ini disajikan setelah makan besar, ditemani krim mascarpone atau zabaglione, atau dipadukan dengan wine pencuci mulut khas Italia seperti Moscato d’Asti.