
MALEINSPIRE.id – Populasi badak global masih berada di bawah ancaman serius akibat hilangnya habitat, perburuan liar untuk perdagangan ilegal, hingga gangguan ekologi yang mengurangi ketersediaan pakan alami.
Sebagaimana dilaporkan IFL Science, data terbaru menunjukkan sebagian spesies badak mencatat peningkatan jumlah populasi, sementara yang lain justru mengalami tren penurunan yang mengkhawatirkan.
Kondisi di Indonesia
Di Indonesia, populasi badak berada dalam kondisi genting. Badak Sumatera, yang dikenal sebagai mamalia besar paling terancam di dunia, stagnan di kisaran 34–47 ekor sejak 2022.
Situasi lebih buruk terjadi pada badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon, yang jumlahnya diperkirakan merosot dari 76 menjadi sekitar 50 ekor.
Penurunan ini dikaitkan dengan perburuan liar dan invasi pohon palem aren (Arenga obtusifolia) yang mengganggu ketersediaan pakan.
Mengutip IFAW, badak Jawa kini menjadi salah satu satwa paling terancam punah di dunia sekaligus yang paling langka dari lima spesies badak yang tersisa.
Dahulu, persebarannya meliputi Asia Selatan hingga Asia Tenggara, namun kini seluruh populasinya hanya tersisa di Ujung Kulon.
Badak bercula satu kecil ini memiliki tubuh lebih mungil dibandingkan kerabat dekatnya, badak India (Rhinoceros unicornis).
Badak Jawa betina tidak memiliki cula sama sekali, menjadikannya satu-satunya badak dewasa di dunia tanpa cula.
Panjang tubuhnya dapat mencapai 3,2 meter, dengan berat hingga 2,3 ton.
Anak badak Jawa lahir dengan bobot 40–64 kilogram, seukuran anjing besar, dan betina melahirkan setiap empat hingga lima tahun sekali setelah masa kehamilan 16 bulan.
Meski bertubuh besar, badak Jawa mampu memanjat dan berenang, memudahkannya menjelajahi rawa, hutan tropis, dan semak lebat.
Sebagai megaherbivora, mereka memakan lebih dari 100 jenis tumbuhan dan dapat menghabiskan sekitar 50 kilogram pakan setiap hari.
Aktivitas ini membantu menjaga ekosistem hutan, memperkuat keanekaragaman hayati, serta menyebarkan biji-bijian melalui kotorannya.
Tren global
Dua spesies badak Afrika menunjukkan tren berbeda. Populasi badak hitam meningkat dari 6.195 menjadi 6.788 ekor, sementara badak putih menurun dari 15.942 menjadi 15.752 ekor sejak 2021.
Meski ada kenaikan populasi badak hitam, situasi di Afrika Selatan tetap mengkhawatirkan.
“Populasi yang lebih besar lebih mampu bertahan dari kerugian akibat perburuan liar dan bencana alam,” kata Direktur Eksekutif International Rhino Foundation (IRF), Nina Fascione.
IRF mengelola African Rhino Range Expansion Project untuk membentuk populasi badak yang lebih besar sebagai upaya perlindungan jangka panjang.
Kabar baik datang dari Asia, di mana badak bercula satu besar (Greater One-Horned Rhino) yang berstatus “Rentan” menurut IUCN, naik dari 4.014 menjadi 4.075 ekor.
Spesies ini, yang hidup di India dan Nepal, telah menunjukkan tren peningkatan konsisten selama lebih dari satu abad.
Secara global, total populasi badak liar diperkirakan mencapai 26.700 ekor, tidak termasuk yang berada di penangkaran atau dimiliki pribadi. Namun, perburuan liar masih menjadi ancaman terbesar.
“Laporan ini memberikan gambaran beragam —sebagian badak menunjukkan pemulihan, tetapi sebagian besar masih terancam.”
“Untuk benar-benar menyelamatkan badak, kita harus menghentikan krisis perburuan liar dan memperkuat pengelolaan biologis,” tegas Fascione.