
MALEINSPIRE.id – Sebuah studi di Jepang baru-baru ini menemukan adanya hubungan antara konsumsi ramen berlebihan dengan peningkatan risiko kematian dini, terutama pada pria berusia di bawah 70 tahun.
Risiko ini disebut semakin tinggi jika kuah ramen yang asin ikut dikonsumsi hingga habis.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition, Health and Ageing ini melibatkan lebih dari 6.500 penduduk Prefektur Yamagata, daerah yang dikenal sebagai salah satu pusat pecinta ramen di Jepang.
Para peserta dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan frekuensi konsumsi ramen: kurang dari sebulan sekali, satu hingga tiga kali per bulan, sekali atau dua kali per minggu, dan tiga kali atau lebih per minggu.
Peneliti memantau kebiasaan makan peserta selama sekitar 4,5 tahun, termasuk mencatat jumlah kematian melalui data resmi.
Hasilnya, tercatat 145 kematian, dengan 100 di antaranya disebabkan oleh kanker dan 29 akibat penyakit jantung.
Analisis menunjukkan bahwa konsumsi ramen secara rutin, terutama di kalangan pria di bawah 70 tahun, berhubungan dengan peningkatan risiko kematian dini.
“Mi ramen dan kuahnya mengandung kadar garam tinggi. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan asupan natrium yang berlebih, sehingga meningkatkan risiko stroke dan kanker lambung,” tulis peneliti, dikutip laman Independent.
Konsumsi alkohol perburuk risiko
Studi juga menemukan bahwa penggemar ramen cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat: mayoritas adalah pria, lebih muda, kelebihan berat badan, perokok, serta peminum alkohol.
Faktor-faktor ini sering disertai penyakit penyerta seperti hipertensi atau diabetes, yang semakin meningkatkan risiko kematian.
Hal mengejutkan muncul ketika data menunjukkan bahwa mereka yang sering makan ramen sekaligus rutin mengonsumsi alkohol memiliki risiko kematian hampir tiga kali lipat dibandingkan mereka yang makan ramen dalam jumlah sedang.
Risiko juga meningkat signifikan pada orang yang meminum lebih dari setengah kuah ramen, dibandingkan hanya memakan mi-nya saja.
Konsumsi moderat lebih aman
Meski terdengar mengkhawatirkan, para peneliti menekankan bahwa studi ini bersifat observasional. Artinya, studi tersebut tidak bisa memastikan ramen sebagai penyebab langsung kematian dini, melainkan hanya menunjukkan adanya keterkaitan.
Menariknya, hasil analisis juga menunjukkan bahwa konsumsi ramen sekali atau dua kali per minggu justru terkait dengan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan kelompok lain, termasuk mereka yang jarang atau hampir tidak pernah makan ramen.
Peneliti menduga hal ini bisa terkait dengan faktor kesehatan lain, misalnya penderita penyakit serius yang memang dianjurkan dokter untuk menghindari ramen.
Profesor Tsuneo Konta dari Yamagata University menekankan bahwa kunci utama terletak pada pola konsumsi yang seimbang.
“Studi ini tidak serta-merta menunjukkan bahwa mengonsumsi ramen itu berbahaya,” ujarnya dikutip dari The Straits Times.
Ia menyarankan pecinta ramen untuk tidak menghabiskan seluruh kuah asin dalam mangkuk dan tetap menjaga asupan nutrisi harian, terutama jika juga mengonsumsi alkohol.
Menurutnya, menikmati ramen sesekali tidak menjadi masalah selama tidak dilakukan berlebihan. Dengan pengendalian porsi dan gaya hidup sehat, hidangan ikonik Jepang ini tetap dapat dinikmati tanpa membawa risiko besar bagi kesehatan.