
MALEINSPIRE.id – Sejak kecil, anak-anak diajarkan untuk tidak berbicara dengan orang asing.
Namun menurut psikoterapis sekaligus penulis dan pembicara, Esther Perel, keterampilan ini justru menjadi bekal penting ketika seseorang memasuki dunia kerja.
Dalam wawancara bersama penulis dan pakar kepemimpinan Simon Sinek di podcast bertajuk A Bit of Optimism, Perel mengatakan bahwa berbicara dengan orang asing adalah keterampilan nomor satu yang perlu dikuasai Gen Z sebelum memulai pekerjaan pertama mereka.
“Berbicara dengan orang asing adalah improvisasi, spontanitas, kejutan, kebaruan, dan keterlibatan aktif dengan sesuatu yang belum kita ketahui,” kata Perel.
Gen Z kerap dianggap membunuh budaya small talk di kantor, sekaligus dituduh terlalu banyak berbagi cerita pribadi dengan rekan kerja.
Selain itu, mereka juga melaporkan tingkat kecemasan sosial yang lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya di usia yang sama. Kondisi ini bisa membuat mereka canggung dalam percakapan singkat dengan orang baru.
Namun, menurut Perel, keterlibatan aktif dengan hal-hal yang belum dikenal justru membangun kepercayaan.
“Memasuki dunia kerja adalah berbicara dengan orang asing. Pekerjaan pertama berarti serangkaian percakapan dengan orang-orang yang belum kita kenal dan kita tidak tahu apa yang mereka harapkan dari kita,” tuturnya.
Latihan dan keunggulan kompetitif
Keterampilan ini bisa diasah melalui latihan, meski terasa canggung di awal. Perel menyarankan untuk mengambil kesempatan kecil dalam rutinitas sehari-hari, seperti menyapa orang saat mengantre atau saat memesan kopi.
Rasa tidak nyaman adalah hal wajar, dan hanya bisa diatasi dengan pengulangan hingga menjadi kebiasaan.
Selain itu, cara lain untuk membangun kepercayaan dengan rekan baru adalah berani meminta bantuan.
Menurut Sinek, banyak orang salah paham bahwa meminta bantuan menunjukkan ketidakmampuan. Justru sebaliknya, hal ini membuat orang lain lebih mudah percaya dan membuka jalan bagi kolaborasi.
Perel menambahkan, kemampuan berkomunikasi langsung akan menjadi keunggulan kompetitif di era AI.
Chatbot mungkin bisa menuliskan permintaan maaf, tetapi tanpa ketulusan dan niat untuk berubah, pesan tersebut tidak akan bermakna.
“Di sinilah letak keunggulan manusia. Inilah kemampuan yang paling dibutuhkan orang, dan mereka butuh banyak bantuan untuk mengembangkannya,” ujar Perel.