Fenomena ‘Shrekking’ dalam Dunia Kencan, Menghindari Luka atau Justru Menambah Sakit Hati?

MALEINSPIRE.id – Di dunia kencan modern, istilah baru terus bermunculan. Salah satunya adalah shrekking, terinspirasi dari karakter ogre hijau populer, Shrek.

Sayangnya, istilah ini bukanlah pujian. Shrekking merujuk pada perilaku berkencan dengan seseorang yang dianggap “di bawah standar,” dengan asumsi bahwa karena merasa berada di “liga” lebih tinggi, risiko patah hati bisa dihindari.

Ironisnya, banyak orang justru mengalami sebaliknya —ditolak atau disakiti oleh orang yang awalnya mereka anggap “lebih rendah.”

Dari sinilah muncul istilah “di-shrekked”, untuk menggambarkan saat strategi tersebut berbalik arah dan melukai diri sendiri.

Fenomena ini memiliki kemiripan dengan konsep “hypergamy” atau dating up, yaitu menilai pasangan berdasarkan status, penampilan, atau penghasilan.

Dalam shrekking, orang secara tidak sadar menempatkan orang lain dalam hierarki kencan —seolah ada yang “lebih tinggi” dan “lebih rendah.” Padahal, cara pandang seperti ini jelas mereduksi kompleksitas hubungan manusia.

Sejatinya, hubungan yang sehat lahir dari ketertarikan tulus, bukan perhitungan ego atau rasa aman semu. Mengandalkan standar superfisial hanya menjadikan kencan sebagai permainan kekuasaan.

Banyak orang mengaku mencoba shrekking sebagai upaya keluar dari zona nyaman atau melindungi diri dari risiko patah hati.

Tekanan sosial juga kerap mendorong individu menurunkan ekspektasi. Namun, tanpa adanya ketertarikan yang nyata, strategi ini sering berujung pada hubungan hambar —bahkan menyakiti kedua pihak.

Lebih jauh, ketika justru disakiti oleh orang yang dianggap “lebih rendah,” rasa frustasi biasanya semakin berlipat ganda.

Jika hal ini terjadi, penting untuk menyadari bahwa masalah sebenarnya bukan pada pasangan, melainkan pada mekanisme pertahanan diri yang keliru.

Langkah yang lebih sehat adalah melakukan refleksi: apa yang sebenarnya dicari dalam hubungan? Jika perlu, ambil jeda dari dunia kencan atau berkonsultasi dengan terapis.

Frustasi dalam percintaan adalah hal wajar. Namun, mengandalkan strategi seperti shrekking hanya memperpanjang siklus sakit hati.

Sebelum tanpa sadar menjadi “ogre” dalam pola pikir sendiri, lebih baik berhenti sejenak dan fokus membangun hubungan yang tulus, sehat, dan bermakna.