Surat Albert Einstein soal Pengembangan Bom Atom Dilelang Rp 2,4 Miliar

MALEINSPIRE.id – Sebuah surat langka dari fisikawan ternama Albert Einstein yang menguraikan perannya dalam pengembangan bom atom sekaligus penolakannya terhadap perang resmi dilelang.

Harga perkiraan surat tersebut dimulai dari Rp 1,6 miliar-Rp 2,4 miliar.

Awal 1939 menjadi momen bersejarah ketika dua ahli kimia Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassmann, mengumumkan penemuan yang kelak mengguncang dunia.

Mereka menembakkan neutron ke uranium dan mendapati inti atom tersebut terpecah menjadi unsur yang lebih ringan seperti barium, sambil melepaskan energi sangat besar.

Fenomena itu kini dikenal sebagai fisi nuklir, dan benar-benar di luar dugaan.

Hahn dan Strassmann pun segera menghubungi fisikawan Lise Meitner, yang kala itu mengungsi ke Swedia demi keselamatannya setelah Nazi menduduki Austria.

“Barangkali kau bisa memberikan penjelasan yang fantastis. Kami paham uranium seharusnya tidak mungkin pecah menjadi barium… Jadi cobalah pikirkan kemungkinan lain,” tulis Hahn pada akhir 1938, seperti dilansir IFL Science.

Awalnya, Meitner pun ragu, tetapi rasa penasarannya membuat ia mendorong kedua rekannya melanjutkan eksperimen. Setelah penelitian lanjutan, pada Januari 1939, Meitner menulis:

“Saya kini cukup yakin bahwa inti uranium memang terbelah menjadi barium, dan saya anggap ini hasil yang luar biasa. Selamat untukmu dan Strassmann… Kalian kini memiliki ladang penelitian yang luas dan indah di depan mata.”

Hasil studi mereka kemudian diperkuat oleh eksperimen Otto Frisch, dan akhirnya dipublikasikan dalam dua makalah ilmiah penting yang pertama kalinya menggunakan istilah “fisi” untuk reaksi pembelahan inti ini.

Dua makalah itu berjudul Disintegration of uranium by neutrons: a new type of nuclear reaction dan Physical evidence for the division of heavy nuclei under neutron bombardment.

Kekhawatiran para ilmuwan akan Jerman Nazi

Penemuan ini disambut antusias oleh para fisikawan, termasuk Niels Bohr yang berkata: “Betapa bodohnya kita! Namun ini luar biasa. Ini memang seperti seharusnya.”

Namun, di balik kegembiraan itu, para ilmuwan lain mengungkapkan kekhawatirannya.

Tiga fisikawan Hungaria-Amerika yakni Leo Szilar, Eugene Wigner, dan Edward Teller, sangat cemas jika Jerman Nazi berhasil mendapatkan pasokan uranium Belgia yang ditambang di wilayah yang kini menjadi Republik Demokratik Kongo.

Mereka berusaha mengirimkan peringatan kepada pemerintah Belgia agar tidak menjual uranium ke Jerman.

Kebetulan, Einstein berteman dengan Ratu Belgia, sehingga para ilmuwan bersama Ratu membujuk Einstein untuk menulis surat peringatan.

Meski awalnya enggan menulis kepada sang Ratu, Einstein akhirnya setuju menulis kepada duta besar Belgia.

Kemudian, atas bujukan mereka, ia pun menulis surat kepada Presiden AS, Franklin D. Roosevelt untuk memperingatkan pemerintah Negeri Paman Sam.

Dalam surat yang disusun oleh Szilard dan ditandatangani Einstein, tertulis:

“Beberapa studi terbaru oleh E. Fermi dan L. Szilard, yang naskahnya telah saya terima, membuat saya memperkirakan bahwa uranium mungkin akan menjadi sumber energi baru yang penting dalam waktu dekat.”

“Fenomena ini juga dapat mengarah pada pembuatan bom, dan bisa jadi –meski belum pasti– bom baru yang sangat dahsyat dapat dibuat. Sebuah bom semacam ini, jika dibawa kapal dan diledakkan di pelabuhan, bisa menghancurkan seluruh pelabuhan beserta wilayah sekitarnya.”

Dalam surat itu, Einstein mendesak Presiden Roosevelt untuk menjalin “kontak permanen” dengan para fisikawan Amerika, mengamankan pasokan uranium, dan mendanai riset di universitas serta laboratorium industri yang memiliki fasilitas memadai.

Penyesalan seumur hidup si jenius

Sejarah mencatat, surat ini berujung pada lahirnya Proyek Manhattan, program rahasia Amerika Serikat yang berhasil membuat bom atom pertama di dunia, di bawah pimpinan J. Robert Oppenheimer.

Sebagai seorang pasifis sejati, Einstein sendiri tidak terlibat dalam proyek tersebut.

Namun, setelah perang usai dan publik mulai mengetahui kehancuran dahsyat akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, majalah Jepang Kaizo meminta Einstein menjelaskan perannya.

Saat itu, media barat bahkan menjuluki Einstein sebagai “Bapak Bom Atom”, lengkap dengan gambar dirinya berdampingan dengan awan jamur ledakan nuklir.

Dalam surat balasannya yang terbit pada 1952, Einstein menulis dengan nada menyesal:

“Partisipasi saya dalam pembuatan bom atom hanya satu: saya menandatangani surat kepada Presiden Roosevelt. Surat itu menekankan perlunya eksperimen besar-besaran untuk memastikan kemungkinan pembuatan bom atom.”

“Saya sadar betapa mengerikannya bahaya ini bagi seluruh umat manusia jika eksperimen itu berhasil. Namun, kemungkinan Jerman akan mengerjakan hal serupa dengan peluang kesuksesan yang tinggi, membuat saya mengambil langkah tersebut.”

“Saya tidak memiliki jalan keluar, meski saya selalu menjadi seorang pasifis sejati. Membunuh dalam perang, menurut saya, tidak ada bedanya dengan pembunuhan biasa.”

Einstein juga menegaskan bahwa penghapusan perang secara total adalah satu-satunya jalan keluar.

“Selama negara-negara belum siap menghapus perang dan menyelesaikan konflik secara damai melalui hukum, mereka akan terus merasa terpaksa mempersiapkan perang.”

“Bahkan, mereka akan terdorong membuat senjata paling mengerikan agar tidak tertinggal dalam perlombaan senjata. Cara seperti ini pasti berujung pada perang, dan pada kondisi sekarang, perang berarti kehancuran universal.”

Einstein kemudian memuji Mahatma Gandhi sebagai teladan bahwa perjuangan damai bisa mengalahkan kekuatan material.

“Gandhi, jenius politik terbesar di zaman kita, telah menunjukkan jalan itu. Perjuangannya membebaskan India membuktikan bahwa tekad manusia, didukung keyakinan tak tergoyahkan, lebih kuat daripada kekuatan material yang tampak tak terkalahkan.”

Kini, surat penyesalan Einstein kepada majalah Kaizo dilelang oleh balai lelang Bonhams, dengan harga awal antara 100.000 dolar AS-150.000 dolar AS atau setara Rp 1,6 miliar-Rp 2,4 miliar.