Katyusha, Dari Simbol Perang Dunia II Menjadi Lagu Populer di Era Modern

MALEINSPIRE.id – Lagu Katyusha bukan hanya sekadar karya musik Uni Soviet yang terkenal, melainkan juga simbol semangat patriotik yang melampaui batas negara dan generasi.

Dikenal luas selama era Perang Dunia II, Katyusha menceritakan tentang seorang gadis yang menanti kekasihnya yang pergi berjuang demi tanah airnya, Uni Soviet.

Lagu ini menjadi pengingat akan cinta, pengorbanan, dan semangat juang.

Diciptakan secara tidak sengaja, Katyusha awalnya adalah puisi karya Mikhail Isakovsky pada awal 1938. Namun, puisi tersebut sempat terhenti karena inspirasi menurun, seperti dilansir RBTH.

Semuanya berubah saat Isakovsky bertemu dengan Matvey Blanter, seorang komposer ternama. Blanter tertarik menggarap musik untuk puisi itu dan memintanya dilengkapi.

Setelah sempat ditunda, Isakovsky akhirnya menyelesaikan liriknya di Yalta, tepat waktu untuk konser perdana State Jazz Orchestra pada 28 November 1938 di Moskow, Rusia.

Ketika itu, “Katyusha” pertama kali dinyanyikan dan langsung mendapat sambutan hangat.

Selama Perang Patriotik Raya (nama Perang Dunia II di Soviet), Katyusha menjadi lagu penyemangat para prajurit. Bahkan, lagu ini dikenal luas hingga ke Italia, Prancis, hingga Amerika Serikat.

Di Italia, popularitasnya begitu besar hingga disebut bahwa 80 persen penduduk Italia mengenal lagu ini. Bahkan dalam satu insiden, para prajurit Soviet menyanyikan Katyusha saat memasuki Vatikan.

Lagu ini juga mengalami berbagai adaptasi. Di Finlandia, muncul versi berjudul “Saya di Finlandia, Katyusha”.

Di tempat lain, Katyusha tidak hanya digambarkan sebagai gadis penunggu, tetapi juga sebagai pejuang di garis depan. Professor I.N. Rozanov bahkan mencatat lebih dari 100 versi adaptasi dan sekuel dari lagu ini.

Kisah menarik juga datang dari medan perang. Menurut penyair Ilya Selvinsky, suatu malam prajurit Soviet mendengar Katyusha dinyanyikan dari parit Jerman.

Merasa lagu mereka “dicuri”, prajurit Soviet melakukan serangan mendadak untuk “merebut kembali” lagu kebanggaan itu.

Nama Katyusha juga diabadikan sebagai julukan untuk peluncur roket BM-13, senjata yang ditakuti selama Perang Dunia II.

Bahkan pada tahun 1945, Isakovsky menulis versi baru dari Katyusha untuk menghormati senjata tersebut, dengan musik digubah oleh V.G. Zakharov.

Di era modern, Katyusha tetap hidup dalam berbagai bentuk budaya populer, termasuk muncul dalam anime Jepang Girls und Panzer (2012), yang membawa lagu ini pada generasi muda di luar Rusia sebagai simbol kekuatan dan kebanggaan.

Meski diciptakan lebih dari 80 tahun lalu, Katyusha tetap menjadi bagian dari ingatan kolektif masyarakat global —sebagai lagu cinta, semangat perjuangan, dan kini sebagai ikon budaya pop lintas zaman.