
MALEINSPIRE.id – Pembahasan tentang hubungan asmara di lingkungan kerja tengah ramai diperbincangkan di media sosial.
Isu ini mencuat setelah akun @darilinkedin mengunggah cerita pengalaman seorang CEO yang harus menghadapi dinamika percintaan di tempat kerja.
Menurut penuturan pengunggah asli, hubungan tersebut ternyata berdampak pada suasana tim.
“Awalnya sih tingkah mereka kelihatan lucu. Ada momen-momen yang bikin kita ikutan senyum-senyum sendiri,” tulis unggahan ulang akun @darilinkedin di X.
Namun, ketika pasangan tersebut menghadapi masalah, suasana kerja menjadi terganggu.
“Tapi pas mereka ada masalah, mood mereka bisa dibawa ke kerja mereka. Puncaknya pas mereka putus, dampaknya so exhausting!”
Ia menambahkan, tim menjadi ikut terdampak secara emosional meskipun tidak terlibat langsung dalam hubungan tersebut.
“Tim jadi korban patah hati berjamaah padahal nggak ikut pacaran. Pas kerja susah fokus, gampang burnout, ditambah lagi kerjaan jadi molor,” ujarnya.
Pengunggah pun menegaskan kepada timnya agar menghindari hubungan asmara di tempat kerja atau setidaknya mempertimbangkan matang-matang sebelum menjalaninya.
Unggahan ini cepat menyita perhatian warganet, ditonton lebih dari 1 juta kali sejak dibagikan.
Salah satu komentar dari akun @lat****rat berbunyi, “Jangankan yang pacaran, cuma suka aja rumah tangga bisa hancur. Itu hubungan paling toxic sih. Ngerusak karier orang yang terlibat, keluarga berantakan, semuanya deh hancur.”
Komentar lain dari akun @put****eez menyoroti profesionalitas, “Dari sini saya jadi bertanya-tanya sebenarnya profesionalitas yang mampu membedakan kapan harus menggunakan perasaan dan tidak itu bisa dilatih ga ya.”
Tetap profesional meski putus dengan rekan kerja
Head of PR & Social Indonesia Jobstreet by SEEK, Adham Somantrie, mengatakan bahwa asmara di kantor memang menjadi tantangan tersendiri bagi banyak pekerja.
“Perkara asmara di tempat kerja memang menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi banyak pekerja. Ada berbagai pandangan pro dan kontra dalam menghadapi situasi seperti ini,” tutur dia.
Menurutnya, salah satu kunci adalah menjaga profesionalisme, terutama setelah berpisah dengan rekan kerja. Salah satunya menghindari pembahasan masalah pribadi di kantor.
“Fokuskan diri pada pekerjaan dan jaga profesionalitas. Tetap sopan dan hormat dalam interaksi kerja, hindari membahas masalah pribadi di tempat kerja,” imbuh Adham.
Ia juga menyarankan, pekerja dapat meminta bantuan atasan untuk mengatur penugasan agar meminimalkan kontak langsung. Selain itu, dukungan dari keluarga atau teman juga penting.
“Jika memungkinkan, minta dukungan dari atasan untuk pengaturan tugas sementara yang meminimalkan kontak langsung. Manfaatkan juga support system di luar kantor seperti keluarga atau teman,” tambahnya.
Jika hubungan belum serius
Sebelum hubungan berkembang lebih jauh, Adham menilai penting untuk melakukan sejumlah pertimbangan.
“Pertama, penting untuk mengenali dan menerima perasaan tersebut sebagai hal yang wajar,” kata Adham.
Pertimbangan yang dimaksud meliputi:
- Apakah kedua pihak berada di tim yang sama
- Adanya hubungan atasan-bawahan
- Kebijakan perusahaan terkait hubungan antar karyawan
Jika memutuskan untuk mengungkapkan perasaan, Adham menyarankan melakukannya di luar jam kerja dengan cara yang profesional.
“Lakukan di luar jam kerja dan dengan pendekatan yang profesional,” sebut Adham.
Prinsip menjaga profesionalisme
Bagi Adham, memisahkan urusan pribadi dari pekerjaan adalah prinsip utama. Selain itu, kerahasiaan informasi perusahaan harus tetap dijaga, dan potensi konflik kepentingan harus dihindari.
“Hal yang terpenting adalah kemampuan memisahkan urusan pribadi dengan profesional. Jaga kerahasiaan informasi perusahaan dan hindari konflik kepentingan,” sambungnya.
Jika kesulitan mengendalikan emosi hingga memengaruhi kinerja, ia menyarankan untuk berkonsultasi dengan HR atau konselor profesional.
Adham juga mengingatkan bahwa kebijakan perusahaan berbeda-beda, terutama bila hubungan mengarah ke pernikahan.
“Setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda terkait hubungan antar karyawan. Umumnya yang diatur secara formal adalah hubungan pernikahan,” tutur dia.
Jika hubungan menuju jenjang pernikahan, maka pekerja harus memastikan kepatuhan pada peraturan perusahaan.