
MALEINSPIRE.id – CEO Meta, Mark Zuckerberg terancam kehilangan Instagram dan WhatsApp.
Pasalnya, Zuckerberg menghadapi kecurigaan Komisi Perdagangan Federal atau Federal Trade Comission (FTC) soal monopoli Meta untuk menghindari persaingan.
FTC telah melakukan investigasi tentang kemungkinan Meta yang dulu dikenal dengan Facebook mengakuisisi Instagram dan WhatsApp untuk menghindari persaingan sejak 2020 lalu.
Apabila kecurigaan itu terukti, FTC berhak mendorong Meta melepaskan Instagram dan WhatsApp.
Sementara persidangan kecurigaan monopoli sedang bergulir, muncul kabar Zuckerberg akan memisahkan Instagram dengan Meta. Bagaimanakah kebenarannya?
Memo Zuckerberg diperlihatkan di pengadilan
Dalam persidangan di Washington, AS pada Selasa (15/4/2025), Meta telah membuka memo Zuckerberg yang berisi tentang pertimbangannya memisahkan Instagram pada 2018 lalu.
Wacana untuk memisahkan Instagram dari Meta ditengarai karena Zuckerberg khawatir tentang risiko pengawasan antimonopoli yang semakin meningkat.
“Saya bertanya-tanya apakah kita harus mempertimbangkan langkah ekstrem untuk memisahkan Instagram sebagai perusahaan sendiri,” kata CEO Meta itu, seperti dilansir Reuters.
Pada saat itu, Meta tengah mempertimbangkan rencana mengatur ulang perusahaan media sosial dan menghubungkan aplikasi menjadi lebih dekat.
Akan tetapi, Zuckerberg tidak melanjutkan rencana yang tertulis dalam memonya.
Alih-alih, ia mengatakan bahwa kondolidasi akan menghasilkan “pertumbuhan bisnis yang kuat” sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengikis nilai Facebook sebagai media sosial andalan mereka.
Pada akhirnya, Meta tidak memisahkan Instagram dan melanjutkan integrasi aplikasinya di tahun berikutnya.
Dengan pernah mempertimbangkan ide memisahkan perusahaan media sosialnya, ia dianggap serius dalam menanggapi ancaman penyelidikan antimonopoli seperti sekarang ini.
Ia pun telah memperkirakan bahwa Meta akan diminta memecah perusahaannya apabila Amerika Serikat berada di bawah kekuasaan presiden yang baru.
“Seiring dengan meningkatnya seruan untuk memecah perusahaan teknologi besar, ada kemungkinan bahwa kita akan dipaksa memisahkan Instagram dan mungkin WhatsApp dalam 5-10 tahun ke depan,” kata Zuckerberg dalam catatan tersebut.
“Ini adalah satu faktor lagi yang harus kita pertimbangkan karena bahkan jika kita ingin mempertahankan aplikasi tersebut, kita mungkin tidak dapat melakukannya.”
Perkiraan Zuckerberg terbukti dengan FTC menggugat Meta pada tahun 2020 lalu, selama masa jabatan Presiden Donald Trump yang pertama.
Sebagai informasi, Pemerintahan Trump juga menggugat Alphabet (induk Google) dengan tuduhan memonopoli mesin pencari.
Di sisi lain, Zuckerberg memandang enteng dampak pemisahan pada nasib perusahaan dalam memo tersebut.
Padahal, Meta secara terbuka menyatakan bahwa upaya pemecahan perusahaan akan membawa dampak yang merusak.
“Sementara sebagian besar perusahaan menolak pembubaran, sejarah perusahaan adalah bahwa sebagian besar perusahaan sebenarnya berkinerja lebih baik setelah mereka dipecah,” tulis Zuckerberg.
“Sinerginya biasanya kurang dari yang dipikirkan orang dan pajak strategi biasanya lebih besar dari yang dipikirkan orang,” sambungnya.
Setelah muncul pernyataan-pernyataan memberatkan dari dokumen Facebook, Zuckerberg pun memberikan kesaksian.
Ia menyatakan bahwa Meta membeli Instagram karena fitur kameranya “lebih baik” daripada yang sedang dikembangkan perusahaan.
“Kami melakukan analisis membangun versus membeli saat dalam proses membangun aplikasi kamera. Aku pikir Instagram lebih baik dalam hal itu, jadi saya pikir lebih baik membelinya,” ungkap Zuckerberg.
Namun, pernyataan itu tampaknya menguatkan tuduhan FTC bahwa Meta menggunakan strategi “beli atau kubur” untuk menggaet calon pesaing, melempar pesaing yang lebih kecil, dan mempertahankan monopoli ilegal.
Terkait tudingan FTC, Meta membalasnya dengan pendapat bahwa niat masa lalu mereka tidak relevan.
Mereka menganggap FTC tidak akurat dalam mendefinisikan pasar media sosial dan gagal memperhitungkan persaingan ketat yang dihadapi Meta.
Seperti diketahui, Meta memiliki saingan TikTok dari ByteDance, YouTube dari Alphabet, dan aplikasi perpesanan Apple.