Malam Tahun Baru, Mengapa Semakin Banyak Orang Memilih Tidak Merayakannya?

malam tahun baru

MALEINSPIRE.id – Kemeriahan malam Tahun Baru sering kali dianggap sebagai sebuah tradisi global yang wajib dirayakan dengan pesta besar.

Namun, realitanya menunjukkan tren yang berbeda.

Ternyata, tidak semua orang merasa antusias menyambut detik-detik pergantian tahun dengan keramaian; setidaknya empat dari sepuluh orang justru memilih untuk berdiam diri di rumah saat Tahun Baru.

Sisi lain perayaan: mengapa Tahun Baru terasa melelahkan?

Sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan perjalanan Travelodge terhadap 2.000 responden di Inggris mengungkapkan fakta menarik.

Bagi sebagian orang, malam Tahun Baru justru dianggap sebagai momen yang memicu rasa jenuh, bahkan depresi.

Alih-alih menunggu kembang api, banyak individu yang memutuskan untuk beristirahat lebih awal.

Rata-rata, mereka sudah tertidur pada pukul 10.38 malam, jauh sebelum lonceng pergantian tahun berbunyi.

Faktor yang melatarbelakangi

malam tahun baru

Ada beberapa faktor sosiologis dan ekonomi yang melatarbelakangi fenomena ini:

  • Keterbatasan Anggaran: Sebanyak 22 persen responden mengakui bahwa biaya untuk menghadiri pesta atau bepergian ke pusat kota cenderung mahal dan tidak terjangkau.

  • Kelelahan Pasca-Natal: Sekitar 12 persen merasa energi mereka telah terkuras setelah rangkaian perayaan Natal, sehingga mereka lebih memprioritaskan pemulihan tenaga sebelum kembali ke rutinitas kerja.

  • Kebingungan Rencana: 11 persen lainnya mengaku tidak tahu harus melakukan aktivitas apa, sehingga memilih untuk tidur guna menghindari kebingungan sosial.

Tren stay at home dan efek anti-klimaks

Psikolog kehidupan, Carole Ann, menjelaskan bahwa perayaan malam Tahun Baru sering kali memberikan ekspektasi yang terlalu tinggi namun berakhir anti-klimaks.

Hal ini membuat masyarakat modern mulai meninggalkan lantai dansa dan lebih menghargai kenyamanan di balik selimut.

“Orang-orang kini lebih selektif. Mereka menyadari bahwa merayakan Tahun Baru di luar rumah memerlukan biaya tinggi, namun terkadang hasilnya tidak sebanding dengan kepuasan yang didapat,” ujarnya.

Tren ini juga berdampak pada pola aktivitas di pagi hari berikutnya.

Mayoritas dari mereka yang tidur lebih awal (sekitar 78 persen) akan bangun lebih siang, yakni sekitar pukul 10.30 pagi, untuk menikmati ketenangan di awal tahun baru tanpa gangguan kelelahan sisa pesta (hangover).

Refleksi akhir tahun

Meningkatnya preferensi untuk menghabiskan waktu di rumah saat malam Tahun Baru menunjukkan pergeseran prioritas masyarakat terhadap kesehatan mental dan efisiensi finansial.

Bagi sebagian besar orang, ketenangan dan istirahat yang berkualitas jauh lebih berharga daripada hiruk-pikuk pusat kota yang padat.

Bagaimana dengan rencanamu? Apakah kamu akan bergabung dalam perayaan di tengah kota, atau memilih kenyamanan rumah untuk menyambut tahun yang baru?