MALEINSPIRE.id – Istilah blue balls telah digunakan secara luas untuk menggambarkan frustrasi dan ketidaknyamanan yang dialami pria ketika terangsang dalam jangka waktu lama tanpa mencapai ejakulasi.
Kondisi ini bukanlah sekadar istilah gaul, melainkan fenomena fisiologis yang diakui secara medis dengan istilah epididymal hypertension.
Menurut James Elist, MD, seorang urolog, blue balls diperkirakan disebabkan oleh penumpukan darah di testis dan area sekitarnya saat seseorang terangsang tetapi tidak menyelesaikan aktivitas seksualnya.
Baca juga: Penis Berubah Warna, bisa Menandakan Masalah Kesehatan Serius
Apa pemicu blue balls?
Dilansir Men’s Health, ketika pria terangsang secara seksual, arteri yang membawa darah ke penis akan melebar, memungkinkan peningkatan aliran darah yang diperlukan untuk mencapai ereksi.
Elist menjelaskan bahwa jika seseorang tidak mengalami orgasme, kelebihan darah tersebut akan tetap berada di area genital, menyebabkan tekanan yang memicu rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Meskipun istilahnya blue balls, urolog Richard K. Lee, MD, menyatakan bahwa perubahan warna menjadi kebiruan sebenarnya jarang terjadi secara alami, kecuali ada hambatan aliran darah, misalnya akibat penggunaan obat disfungsi ereksi atau cincin penis.
Dengan kata lain, rasa tidak nyaman yang dirasakan kemungkinan besar tidak disertai dengan perubahan warna yang drastis.
Apakah blue balls berbahaya?

Penting untuk dipahami, meskipun ketidaknyamanan yang ditimbulkan cukup mengganggu, blue balls tidak akan menyebabkan kerusakan jangka panjang.
Rasa sakit pada testis ini bersifat sementara, biasanya mereda dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelahnya.
Gigi Engle, seksolog tersertifikasi, menekankan bahwa anggapan blue balls berbahaya sering kali digunakan secara historis untuk menekan pasangan agar melakukan hubungan seksual. Hal ini merupakan tindakan manipulatif dan tidak etis.
Para ahli menegaskan, seseorang tidak memiliki kewajiban untuk meredakan blue balls pasangannya, dan setiap interaksi seksual harus didasarkan pada persetujuan yang antusias (enthusiastic consent).
Kapan harus menemui dokter?
Meskipun umumnya blue balls tidak perlu dikhawatirkan, Elist menyarankan agar Anda segera berkonsultasi dengan dokter atau urolog jika rasa sakit yang dialami:
- Bersifat parah atau berkepanjangan (berlangsung lebih dari beberapa jam)
- Muncul dalam situasi non-seksual
- Disertai gejala lain seperti kemerahan, pembengkakan, atau demam
Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan kondisi medis yang lebih serius, seperti varicocele (pelebaran abnormal pembuluh darah di testis) atau testicular torsion (testis yang terpelintir dan menghambat aliran darah).
Baca juga: Studi Ungkap Negara Yang Memiliki Ukuran Penis Rata-Rata Terbesar
Cara mengatasi dan mencegah blue balls

Tidak ada studi khusus yang mendukung pengobatan pasti untuk blue balls, namun para ahli merekomendasikan beberapa strategi untuk meredakan ketidaknyamanan:
- Ejakulasi: menurut Elist, cara terbaik adalah ejakulasi, baik melalui masturbasi maupun dengan pasangan.
- Terapi dingin: mengompres area yang terasa sakit dengan kompres dingin dapat membantu menyempitkan pembuluh darah dan mengurangi ketidaknyamanan atau pembengkakan.
- Distraksi: karena kondisi ini jarang berlangsung lebih dari satu atau dua jam, mengalihkan perhatian dengan kegiatan lain juga dapat membantu.
- Aktivitas fisik: berolahraga dapat membantu menggerakkan darah keluar dari area genital dan meredakan ketidaknyamanan.
- Obat pereda nyeri: jika rasa sakit tidak tertahankan, pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen, dapat dikonsumsi.
Baca juga: Kasus Langka, Penis Pria ini Berubah Jadi Tulang
Mencegah blue balls secara total memang tidak mungkin, karena satu-satunya cara adalah ejakulasi setiap kali terangsang.
Namun, ahli medis Sony Sherpa, MD, menyarankan untuk menghindari jeda yang terlalu lama saat berhubungan seksual atau terlalu sering berganti posisi.
Elist juga merekomendasikan untuk menghindari aktivitas seksual ketika Anda tahu tidak ada waktu untuk menyelesaikan ejakulasi.
Komunikasi terbuka dengan pasangan tentang kebutuhan dan keinginan seksual adalah kunci untuk memastikan kedua belah pihak berada pada pemahaman yang sama, sehingga mengurangi risiko ketidaknyamanan atau frustrasi.