Ghosting vs Soft Blocking: Perbedaan, Dampak, dan Cara Menghadapinya

MALEINSPIRE.id – Fenomena ghosting dan soft blocking kini semakin sering terdengar dalam lingkup pertemanan maupun percintaan, terutama di era digital.

Keduanya sama-sama menggambarkan bentuk penarikan diri dari interaksi, tetapi dengan cara yang berbeda. Bagi banyak pria, kedua pengalaman ini bisa meninggalkan luka emosional yang tidak kalah dalam.

Secara umum, ghosting dilakukan secara mendadak, sementara soft blocking terkesan lebih halus, meskipun tetap membingungkan.

Bedanya ghosting vs soft blocking

Sayangnya, banyak orang belum memahami perbedaan keduanya, sehingga kerap salah menafsirkan.

Memahami perbedaan ini dapat membantu menjaga kesehatan mental sekaligus mengantisipasi dampak emosional yang mungkin timbul.

1. Perbedaan cara menghilang

Ghosting adalah tindakan menghilang tanpa penjelasan. Pelaku biasanya berhenti membalas pesan, mengabaikan panggilan, dan memutus komunikasi tanpa tanda-tanda sebelumnya.

Korban pun sering kali dibiarkan bertanya-tanya dan mencari alasan sendiri.

Sebaliknya, soft blocking dilakukan lebih perlahan. Pelaku mungkin memblokir sementara, menghapus pertemanan di media sosial, atau mengurangi interaksi, tetapi masih bisa muncul di platform lain.

Kesan yang ditinggalkan lebih halus, namun tetap membingungkan.

2. Dampak emosional yang ditimbulkan

Ghosting cenderung menimbulkan rasa kaget dan sakit hati mendalam karena sifatnya yang tiba-tiba.

Korban bisa merasa tidak berharga, tidak penting, bahkan menyalahkan diri sendiri tanpa tahu alasan sebenarnya. Dampaknya bisa berupa stres hingga kecemasan berlebih.

Pada soft blocking, dampak emosional datang secara bertahap. Korban biasanya menyadari adanya perubahan sedikit demi sedikit, hingga akhirnya merasa kehilangan.

Meski tidak seketika seperti ghosting, kesedihannya dapat bertahan lama.

3. Alasan pelaku memilih ghosting atau soft blocking

Pelaku ghosting umumnya ingin memutus hubungan secara cepat tanpa perlu konfrontasi.

Mereka mungkin merasa tidak mampu memberi penjelasan atau enggan berdebat. Namun, hal ini justru membuat korban merasa tidak dihargai.

Sementara itu, soft blocking sering dilakukan untuk memberi jarak dengan cara yang lebih halus. Pelaku mungkin merasa tidak nyaman, tetapi tidak ingin menutup kemungkinan berhubungan baik di kemudian hari.

4. Sinyal yang bisa dikenali

Ghosting jarang memberikan tanda-tanda. Seseorang bisa terlihat akrab hari ini, lalu tiba-tiba menghilang esok harinya. Hal inilah yang membuat ghosting terasa begitu menyakitkan.

Pada soft blocking, tanda-tandanya lebih terlihat. Misalnya, balasan pesan yang semakin lama, jarangnya ajakan untuk berinteraksi, atau berkurangnya aktivitas di media sosial.

Namun, tetap saja banyak orang merasa kaget saat akhirnya benar-benar dibatasi.

5. Kondisi hubungan setelahnya

Setelah ghosting, hubungan hampir selalu berakhir sepenuhnya. Pelaku jarang kembali untuk memberi penjelasan atau menjalin kontak lagi. Retaknya hubungan pun sulit dipulihkan.

Dalam soft blocking, peluang rekonsiliasi masih ada. Karena pemutusan tidak sepenuhnya permanen, ada kemungkinan pelaku membuka blokir atau kembali berinteraksi setelah beberapa waktu. Meski begitu, rasa canggung biasanya tetap tersisa.

6. Dampak terhadap kepercayaan diri

Ghosting bisa sangat menghantam rasa percaya diri. Korban mungkin mempertanyakan nilai dirinya sendiri, bahkan merasa takut membangun hubungan baru.

Bagi pria yang jarang mengekspresikan kesedihan, hal ini bisa terasa lebih berat.

Soft blocking juga berpengaruh pada kepercayaan diri, tetapi dengan cara berbeda. Prosesnya yang bertahap sering kali membuat korban merasa diabaikan, lalu bertanya-tanya apa kesalahan yang dilakukan. Perlahan, hal ini bisa mengikis kepercayaan diri.

7. Cara sehat untuk menghadapi

Menghadapi ghosting membutuhkan penerimaan bahwa tidak semua orang bersedia memberikan penjelasan.

Fokuslah pada pemulihan diri (self-healing), dukungan dari orang terdekat, serta kegiatan produktif untuk mempercepat proses pemulihan.

Sedangkan pada soft blocking, penting untuk menjaga jarak dan tidak memaksakan kontak. Gunakan waktu ini untuk refleksi diri, tanpa menyalahkan diri secara berlebihan.

Terimalah bahwa dalam hubungan, terkadang arah bisa berubah tanpa alasan yang jelas.