Pola Makan untuk Cegah Penyakit Stroke

MALEINSPIRE.id – Penyakit stroke bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia, dan gejalanya bisa terjadi begitu cepat.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2019, stroke menjadi penyebab kematian utama di Indonesia hingga mencapai angka 19,42 persen dari total kematian.

Penyakit stroke merupakan gangguan fungsi otak yang ditandai penurunan neurologis. Kondisi ini disebabkan karena pembekuan darah atau pecahnya pembuluh darah.

Kondisi ini bisa dihindari apabila individu mampu mengenali faktor risiko dan berkomitmen menjaga pola hidup, salah satunya adalah menjaga asupan makanan.

Hal tersebut ditegaskan oleh Jose M Ordovas, ahli gizi sekaligus ilmuwan senior di Jean Mayer USDA Human Nutrition Research Center on Aging (HNRCA).

“Mengubah pola makan secara drastis itu sulit, jadi Anda harus melakukannya selangkah demi selangkah,” ujar Ordovas, dilansir dari Tuft Now.

“Ini seperti pepatah Cina, ‘perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.’ Hal yang sama berlaku untuk perubahan pola makan: harus bertahap, tetapi setiap langkah diperhitungkan.”

Pola makan untuk mencegah penyakit stroke

Karena mengubah pola makan tidak bisa dilakukan sekejap mata, Ordovas menyarankan langkah-langkah yang bisa dicoba secara perlahan.

Kurangi asupan garam

Menurut Ordovas, garam adalah salah satu penyebab utama stroke. Garam mengandung kalium yang berfungsi menahan cairan tubuh.

Apabila tubuh lebih banyak menahan cairan, maka sel darah akan menggembung dan meingkatkan tekanan darah.

Kondisi ini akan membuat pembuluh darah pecah seperti halnya pipa yang kelebihan beban. Jika hal ini terjadi di otak, maka akan berisiko stroke.

Di sisi lain, kalium bisa menyeimbangkan natrium dengan merelaksasi dinding pembuluh darah. Dengan demikian, tekanan darah pun akan turun.

Akan tetapi, Ordovas menilai konsumsi garam sebanyak-banyaknya dan tetap mengonsumsi kalium tidak akan mengubah apa pun.

Maka menurutnya, mengurangi garam adalah langkah pertama yang bisa dilakukan.

Ia menyarankan penggunaan rempah-rempah dan herba segar sebagai pengganti garam. Selain itu, makanan olahan juga bisa digantikan dengan buah-buahan sebagai camilan.

Sedangkan untuk konsumsi kalium, ia menyarankan untuk tidak mengandalkan suplemen dan mulai mengonsumi makanan berkalium seperti pisang, alpukat, ubi, melon, hingga bayam.

“Saat mengonsumsi makanan kaya kalium, Anda melengkapi tubuh dengan lebih banyak alat untuk melawan stroke.”

“Tidak hanya melalui kalium itu sendiri, tetapi juga melalui senyawa bermanfaat lainnya seperti antioksidan dan nutrisi antiperadangan,” ujar Ordovas.

Konsumsi lemak tak jenuh dan serat

Ordovas berpendapat bahwa lemak tak jenuh dalam makanan seperti kacang-kacangan, alpukat, hingga ikan bisa melawan kolesterol dalam darah.

Selain itu, makanan kaya serat juga bisa membantu mengikat kolesterol sebelum akhirnya dikeluarkan tubuh. Ia menyarankan konsumsi buah-buahan, sayuran, hingga biji-bijian utuh.

Konsumsi serat dan lemak tak jenuh ini bisa dibarengi dengan mengurangi makanan olahan. Seperti diketahui, makanan olahan telah melalui banyak proses di pabrik dan banyak mengandung zat pengawet, pewarna, dan perasa buatan.

“Konsep yang populer saat ini, jika Anda ingin meningkatkan jumlah hal-hal baik dan mengurangi jumlah hal-hal buruk, adalah menghindari makanan olahan,” terangnya.

Jalani diet Mediterania

Lebih lanjut, Ordovas bersama peneliti lain mencoba mengidentifikasi gen berisiko stroke tinggi.

Dari sana, ia menemukan bahwa diet Mediterania menjadi salah satu cara menekan risiko stroke karena pola makannya menyehatkan bagi jantung.

Berdasarkan studi yang dimuat dalam Jama Network, diet Mediterania merupakan pola makan yang mengadaptasi budaya tradisional masyarakat laut Tengah.

“Anggaplah cara makan ini sebagai gaya hidup, bukan diet jangka pendek. Isi menu makan dengan makanan yang memiliki banyak manfaat nutrisi,” ujar ahli diet terdafrar Julia Zumpano, RD, LD.

Diet ini berfokus pada konsumsi makanan nabati dan lemak sehat seperti ikan, minyak zaitun, buah-buanan, sayuran, kacang, hingga biji-bijian utuh.

Sedangkan dalam diet Mediterania, seseorang sebaiknya mengurangi konsumsi daging merah, gorengan, produk tepung olahan, susu full cream, kuning telur, roti dan kue panggang olahan.