Melihat Fenomena Cancel Culture yang Terjadi di Media Sosial

MALE INSPIRE.id – Salah satu istilah yang semakin sering kita dengar di media sosial belakangan ini adalah cancel culture.

Cancel culture merupakan fenomena yang muncul di platform seperti X (sebelumnya Twitter) dan TikTok.

Istilah ini sering dikaitkan dengan figur publik atau selebritas yang tersandung kontroversi, baik karena pernyataan, tindakan, atau perilaku di masa lalu maupun saat ini.

Baca juga: 4 Manfaat Berhenti Main Media Sosial

Misalnya, ketika seorang selebritas atau tokoh terkenal membuat komentar yang dianggap tidak sensitif, rasis, atau melanggar norma sosial tertentu, warganet dengan cepat bereaksi melalui media sosial.

Definisi cancel culture

Dilansir Cambridge Dictionary, cancel culture di media sosial adalah fenomena di mana sekelompok orang atau individu secara bersamaan menarik dukungan dari figur publik, organisasi, atau merek karena dianggap melakukan perilaku atau pernyataan yang tidak dapat diterima.

Praktik ini terutama sering terjadi di platform media sosial, di mana tindakan kolektif tersebut bisa berdampak besar seperti pemboikotan, pengucilan, hingga memengaruhi karier dan reputasi seseorang.

Munculnya cancel culture sangat dipengaruhi oleh media sosial, yang memungkinkan informasi menyebar dengan cepat dan menggerakkan aksi kolektif.

Platform seperti Twitter dan Instagram senantiasa menjadi tempat untuk mempermalukan secara publik dan menuntut pertanggungjawaban.

Baca juga: 5 Kode Wanita Menyukai Pria di Media Sosial

Istilah ini mulai populer pada akhir 2010-an, dengan akar yang berasal dari budaya kulit hitam dan gerakan seperti #MeToo dan #BlackLivesMatter.

Gerakan-gerakan itu menyoroti isu pertanggungjawaban dan keadilan sosial, yang memperluas bahasa dan tindakan terkait “pembatalan”.

Fenomena cancel culture di Indonesia

Di Indonesia, fenomena ini semakin marak terutama di Twitter, Instagram, dan TikTok.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak figur publik, selebritas, dan merek mengalami boikot dan kecaman luas karena pernyataan atau tindakan yang dianggap kontroversial atau tidak sesuai norma sosial.

Cancel culture di negeri kita biasanya dipicu oleh isu-isu seperti komentar rasis, perilaku tidak etis, atau keterlibatan dalam skandal.

Misalnya, ketika seorang selebritas atau influencer tersandung masalah, warganet dengan cepat mengorganisasi seruan untuk memboikot karya, produk, atau konten yang mereka hasilkan.

Pengaruh cancel culture di Indonesia sangat kuat karena kekuatan media sosial dalam menyebarkan informasi secara cepat dan membentuk opini publik.

Baca juga: Doom Spending jadi Tren di Kalangan Milenial dan Gen Z, Apa Itu?

Namun, seperti di banyak negara lain, fenomena ini juga menimbulkan perdebatan.

Di satu sisi, banyak yang menganggap cancel culture sebagai cara efektif untuk menegakkan tanggung jawab sosial dan melawan ketidakadilan.

Namun di sisi lain, ada yang mengkritik bahwa cancel culture sering kali menjadi serangan massal yang tidak adil, tanpa memberikan kesempatan bagi yang bersangkutan untuk klarifikasi atau memperbaiki kesalahan.

Fenomena tersebut juga memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia semakin vokal dalam menyuarakan pandangan mereka, meskipun cenderung mengarah pada penghukuman yang berlebihan.