4 Motif di Balik Perilaku Love Bombing, Wajib Tahu

MALEINSPIRE.id – Love bombing adalah taktik asmara manipulatif yang digunakan oleh seseorang untuk membuat pasangannya luluh.

Tak hanya wanita, pria pun bisa menjadi korban dari pelaku love bombing ini.

Pelaku love bombing cenderung meluncurkan praktik tak lazim untuk mencintai pasangannya. Entah itu memberikan perhatian berlebih yang tidak wajar, hingga memuji segala tindakan kita.

Umumnya, korban love bombing kesulitan untuk mengenali situasi ini. Mengingat penilaian terhadap perilaku love bombing cenderung subjektif.

Motif di balik perilaku love bombing

Dilansir laman Psychology Today, ada empat hal yang memotivasi individu melakukan love bombing:

1. Budaya keluarga penuh kasih sayang dan ekspresi

Besar di keluarga yang ekspresif membuat seseorang menjadi mudah mengungkapkan perkataan menyayangi orang.

Masalahnya, mereka tidak pernah tahu bagaimana ekspresi lingkungan yang tidak menganut pemahaman serupa.

Bisa saja, pasangan kita yang suka love bombing mengatakan ‘aku mencintaimu’, namun tidak memahami makna di balik kata-kata itu.

2. Kesepian dan keinginan untuk mengembangkan hubungan dengan cepat

Ada kemungkinan, seseorang terburu-buru menjalin hubungan hanya karena mereka kesepian, sehingga mereka berusaha untuk mengembangkan hubungan itu dengan cepat.

3. Keinginan untuk mengendalikan pasangan

Hal ini terjadi biasanya karena pasangan merasa sebagai pihak yang memegang kendali. Tak jarang, ia kerap menempatkan diri dalam posisi yang memutuskan, apa pun keputusan itu.

4. Keinginan memanipulasi, memengaruhi, atau mengambil keuntungan

Ini adalah motif paling serius mencakup love bombing yang dilakukan oleh narsisis, sosiopat, atau individu dengan gangguan kepribadian ambang.

Meskipun masing-masing kepribadian ini berbeda, bentuk love bombing terkadang serupa.

Love bombing cenderung terjadi dalam tiga fase, dengan curahan perhatian dan pujian menjadi fase pertama yang juga disebut ‘mengidealkan’.

Fase itu akan diikuti oleh ‘devaluasi’, di mana penerima diabaikan atau dihukum karena tidak menanggapi perhatian seperti yang diharapkan oleh love bomber.

Fase ketiga adalah tahap ‘menyingkirkan’ penerima, karena korban dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan love bomber.