MALE INSPIRE.id – Fenomena quiet quitting dan quiet firing di dunia kerja mulai diperbincangkan sejak beberapa tahun belakangan.
Jika quiet quitting merujuk pada melakukan pekerjaan seminimal mungkin dan tidak melampaui batas kewajiban, maka quiet firing secara harfiah diartikan sebagai pemecatan atau dipecat secara diam-diam.
Namun mulai tahun lalu, ada satu lagi fenomena baru di dunia kerja muncul, yakni quiet hiring.
Baca juga: 5 Frasa ini Perlu Dikatakan Pelamar dalam Wawancara Kerja
Beban pekerjaan karyawan bertambah
Dilansir laman Parade, quiet hiring bukan berarti perusahaan mempekerjakan karyawan baru secara diam-diam.
Alih-alih merekrut karyawan baru untuk mengerjakan tugas tambahan, perusahaan justru membebankan lebih banyak tugas kepada karyawan yang sudah ada.
Sederhananya, perusahaan menambahkan tugas ke job desk karyawan atau membuat karyawan harus memegang berbagai peran.
Tidak menjadi soal apabila perusahaan menerapkan quiet hiring selama mereka mempromosikan karyawan dengan jabatan dan gaji yang lebih tinggi.
Sayangnya, tidak sedikit perusahaan yang hanya mengambil keuntungan dari karyawan yang dibebankan tugas lebih, tanpa menawarkan kompensasi sepadan.
Baca juga: Cara Melupakan Pekerjaan saat Mengambil Libur Cuti
Quiet hiring tidak selamanya buruk
Direktur riset senior Emily Rose McRae tidak memandang quiet hiring sebagai fenomena yang negatif.
Sebab menurutnya, quiet hiring menyangkut upaya perusahaan mempromosikan karyawan secara internal dan membantu karyawan yang sudah ada.
“Dengan quiet hiring, kita berbicara tentang organisasi secara strategis, pada tingkat kepemimpinan, melihat bakat yang mereka miliki di organisasi, melihat celah krusial, dan menemukan cara untuk menanganinya,” tutur McRae.
“Quiet hiring adalah usaha mendapatkan keterampilan dan kemampuan baru tanpa mempekerjakan orang baru.”
Biasanya, perusahaan melakukan quiet hiring di tengah kesulitan ekonomi, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), dan kesulitan merekrut orang baru yang tepat.
“Quiet hiring selalu terjadi selama masa ekonomi sulit seperti resesi dan periode hiper-inflasi,” jelas profesor psikologi Cary Cooper.
“Ini disebut redistribusi sumber daya, dan orang-orang diharapkan gesit dan fleksibel.”
Baca juga: Pulang Kerja Tepat Waktu itu Penting, Kenapa?
Contoh nyata quiet hiring
Sejauh ingatan Anda, pernahkah perusahaan membebankan tugas kerja tambahan di luar deskripsi pekerjaan Anda tanpa memberikan kompensasi?
Apakah perusahaan juga meminta bantuan Anda dalam sebuah proyek, dan membuat itu seolah-olah peluang pertumbuhan yang besar bagi karier Anda?
Atau, pernahkah perusahaan berjanji untuk mencari karyawan baru demi mengerjakan tugas tambahan, namun pencarian itu tak kunjung dilakukan dan Anda tetap memikul tanggung jawab baru tersebut?
Itulah beberapa contoh nyata dari quiet hiring.
Sebagian orang menilai, quiet hiring seperti perusahaan yang mengeksploitasi keterampilan dan servis karyawan tanpa memberikan imbalan.
Ambil langkah tegas
Tergantung dari pola pikir dan perasaan karyawan terhadap perusahaan, mereka bisa memandang quiet hiring sebagai pintu menuju promosi atau bentuk eksploitasi perusahaan yang tidak menghargai karyawan.
Apabila merasa perusahaan sedang menerapkan quiet hiring kepada Anda, segera berkomunikasi dengan tim manajemen dan HRD.
Katakan mengenai apa yang Anda pikirkan, dan jangan ragu meminta kenaikan gaji atau posisi bila memungkinkan.
Ketika perusahaan terus membebani Anda dengan tugas baru tanpa menawarkan kompensasi yang sepadan, mungkin sudah waktunya Anda mencari tempat kerja yang lebih layak dan menghargai usaha Anda.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.